Health & Diet
Beradaptasi dengan The New Normal Dampak dari COVID-19

18 May 2020


Foto: Pexels


Secara global, pandemi COVID-19 sudah berlangsung selama beberapa bulan dan pemerintah Indonesia telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan meluasnya wabah COVID-19.

Dampak PSBB, menjadikan ruang gerak masyarakat terbatas. Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja. Situasi baru ini menuntut setiap orang untuk beradaptasi, meskipun secara psikologis tidak mudah.

Setiap orang akan berada dalam strata atau tahap psikologis yang berbeda-beda, bergantung pada ketahanan terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, dampak disrupsi pandemi COVID-19 terhadap sosial ekonomi dan support system yang tersedia. 

Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah – Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Leonardi Goenawan, Sp.KJ pada umumnya, dalam masa adaptasi ini seseorang akan melalui tiga tahap/strata kondisi perilaku, yaitu tahap disrupsi, tahap kebingungan dan ketidakpastian, yang berujung pada tahap penerimaan.

1/ 
Tahap disrupsi
Seseorang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian. Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam. 

“Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur. Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami,” ungkap dr. Leonardi.


2/ Tahap kebingungan dan ketidakpastian
Pada tahap ini seseorang akan merasa kelelahan secara mental karena merasa tidak adanya kepastian, kehilangan kendali, dan terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi, saat ini menjadi mustahil.

Advertisement

Di samping daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang juga menjadi langka. Semua rencana yang sebelumnya terasa sangat mudah dan bisa digapai dalam waktu yang terukur, kini hanya menjadi angan-angan belaka. Kehidupan berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran. Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran.


3/ Tahap penerimaan (dengan standar normal yang baru)
Pada saat seseorang telah berhasil melampaui tahap sebelumnya, maka akhirnya timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada, dengan diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan.

Kemampuan adaptasi seseorang membuatnya mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupannya.

Setelah mampu melewati tahap penerimaan dalam menghadapi pandemi, maka seseorang akan mulai terbiasa dengan kondisi the new normal. Pada tahap ini diharapkan kita tak lagi merasa terganggu, melainkan sudah mulai nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan adanya pandemi. (f)


Baca Juga: 
5 Hal Perlu Diperhatikan Jika Sekolah Aktif Kembali
Modern Family, Keluarga Yang Tak Lagi Ideal
Wanita Lebih Rentan Cemas Daripada Pria, Mengapa?

 


Faunda Liswijayanti


Topic

#mentalhealth, #thenewnormal, #corona, #covid19

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?