Dan di tempat yang sama pula, ia kembali mengadakan show tunggal, kali ini bertajuk Luminescence.
Sesuai artinya, pendaran, koleksi Eddy Betty Couture yang ditampilkan terinspirasi pendar sinar matahari saat menerpa permukaan laut, dan bergerak-gerak mengikuti alunan ombak. Pendarannya berkilau membentuk beragam impresi visual, entah di sela-sela ombak, di antara jaring nelayan, atau menyentuh keramba di tengah lautan.
Konsep ini diterjemahkan Eddy menjadi 77 tampilan yang memamerkan keunggulan cutting, handcrafting, dan penempatan ornamentasi tak terduga.
Setiap siluet dirancang dengan pendekatan arsitektural, namun tetap menghadirkan siluet feminin tubuh sang pemakai. Silver, emas, hitam, merah, dan palet warna seperti pendaran di bawah laut menghiasi runway.
Bukan Eddy Betty jika tidak bereksperimen dengan berbagai material. Teknik haute couture klasik jadi fondasi untuk menaklukkan material seperti lace, sifon, lame, sutra, logam, resin, serta polimer untuk membentuk gelombang dan tekstur berkilau menyerupai pendaran sinar matahari.
Aksesori rancangan Rinaldy Yunardi pun, mulai dari topi baseball yang tetiba semewah mahkota hingga headpiece gaun pengantin yang rumit dari potongan cermin, seakan menyatu dengan total look. Beberapa di antara aksesori ini juga upcycle dari gaun lama Eddy Betty atau bahan tak terpakai dari Eddy Betty. Sebuah kolaborasi dalam siklus paripurna!
Lewat Luminescence, Eddy Betty bukan cuma comeback menggelar show tunggal, tapi juga flexing akan kekuatannya. Apa pun materialnya, ia mampu mengeksplorasinya jadi gaun inggil yang bisa dipakai meski di karpet merah atau di atas panggung. Menyala, koleksi Eddy Betty Couture-ku!
Baca juga:
Cinta Laura dan Chelsea Islan di Karpet Merah Festival Film Cannes 2025 Memakai Batik
Keindahan Dua Sisi Kontras dalam Stellarissa Studio Collection 2026
Koleksi Kapsul Wilsen Willim Merayakan Hari Kartini, Paduan Berkain dengan Sentuhan Modern
Zornia Harisantoso