Teman-teman di media sosial bisa mewarnai hari-hari kita, membuat perjalanan commuting kita jadi terasa lebih menyenangkan. Di sisi lain, status orang lain juga bisa memberikan energi negatif bagi kita. Bukan sekadar karena beda selera, beda pendapat, atau saling mengkritik, tapi hal sepele, seperti terlalu pamer, over narsis atau karena status yang kasar, tidak sopan, gemar menyerang orang, bertabur fitnah dan kebencian, bisa menjadi pemicunya.
Pertanyaannya, teman seperti apa yang layak kita pertahankan?
Seiring dengan waktu, seharusnya jumlah teman menjadi terus bertambah. Namun, yang terjadi pertemanan itu juga mengalami seleksi alam. Mereka yang dulu cocok dengan kita pun bisa berubah atau lama-lama Anda menyadari sikap teman Anda yang membuat Anda merasa tak nyaman.
Dalam buku-buku psikologi populer atau motivasi sering dijabarkan seperti apa teman-teman yang sebaiknya kita hindari, atau istilahnya teman yang bisa menjadi ’racun’. ”Sederhananya, jika Anda merasa kehilangan energi, kepercayaan diri, bahkan kehilangan kemandirian, kemungkinan besar dia tidak cocok untuk kita,” ujar Raymond Godwin, S.Psi, M.Psi, psikolog dari Universitas Bina Nusantara. Jika Anda terus membiarkan pertemanan itu, hubungan pertemanan akan menjadi tidak sehat dan menggerogoti kebahagiaan Anda.
Jika kita memiliki teman yang tidak membuat kita maju atau menjadi sama buruknya dengan dia, adalah hal yang salah apabila kita tidak memberi tahu dia. Sebagai seorang teman, kita punya tanggung jawab untuk membuat teman kita itu menjadi individu yang lebih baik. Akan tetapi, kita perlu memiliki tenggat dan energi untuk itu. Apabila hanya kita yang berusaha, sedangkan teman kita tidak perlu merasa untuk berubah, tidak ada salahnya kita mengambil keputusan untuk meninggalkan dia dan lebih fokus pada diri sendiri.
Evaluasinya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menyampaikan langsung apa yang kita rasakan kepada teman kita. Atau dengan mengubah status pertemanan kita di media sosial dari friend menjadi unfriend. Minimal kita tidak perlu melihat update statusnya yang tidak kita sukai.
Berkat karakter media sosial, teman yang sudah kadung kita unfriend atau unfollow toh masih bisa menjadi teman di dunia nyata, dalam artian sebenarnya. Dengan begitu, kita bisa mengembalikan fungsi pertemanan di media sosial, yakni mengisi kekosongan, menambah wawasan, memperluas jejaring, mendekatkan yang jauh dan yang terpenting membuat kita bahagia.
NURI FAJRIATI