Ternyata mendefinisikan teman tak semudah yang kita sangka. Menurut Raymond Godwin, S.Psi, M.Psi, psikolog dari Universitas Bina Nusantara, kita bisa bertemu dan berkenalan dengan siapa pun secara online atau offline, tapi tidak semua orang otomatis menjadi teman kita. Namun, siapa yang menjadi teman adalah mereka yang dengannya kita bisa saling berbagi pikiran dan perasaan.
Pertemanan bisa terjadi karena ada kecocokan, bisa cocok karena menutupi satu sama lain, atau cocok karena memiliki kesamaan, baik perilaku, sifat, maupun pandangan. Dari interaksi bersama, masing-masing orang akan dapat melihat apakah mereka memiliki kecocokan atau tidak.
Kesamaan minat dan pandangan bisa menjadi hal-hal yang menyatukan pertemanan. Masing-masing individu yang terlibat dalam pertemanan tersebut, tentu akan melakukan transaksi kebutuhan. Kita melihat seorang teman sebagai seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan kita, dan meningkatkan diri kita. Begitu juga sebaliknya.
Pertemanan bukan hubungan instan yang terbina dalam hitungan detik. Dan, mempertahankan seorang teman itu gampang-gampang susah. Malah ada yang bilang, lebih susah daripada menjaga seorang kekasih.
Sama seperti hubungan kasih, hubungan pertemanan juga perlu dirawat lewat komunikasi terus-menerus. Untuk menjaga pertemanan, sesekali kita juga perlu mengorbankan waktu, tenaga, bahkan mungkin juga materi. Tanpa itu, sedikit demi sedikit kita akan kehilangan teman-teman yang pernah menyapa kita tiap hari dan saling berbagi kabar. Tahu-tahu kita sudah merasa kesepian.
“Dalam sebuah pertemanan, masing-masing pihak bisa saling mengisi kekosongan. Jika makin dewasa kita makin kesepian, kemungkinan besar itu menjadi tanda bahwa ada kekosongan yang tidak terisi oleh teman-teman yang kita miliki saat ini, atau karena kita telah mengategorikan teman yang kita punya sehingga kita merasa bahwa mereka bukan orang yang tepat untuk mengisi kekosongan itu,” jelas Raymond.
Jujur saja, kita sering kali mengelompokkan teman-teman kita sesuai dengan hal yang menghubungkan satu sama lain. Misalnya, teman kantor hanya kita kategorikan sebagai teman kerja, teman jalan, teman makan-makan, teman diving, teman yoga, teman lari, dan sebagainya.
Untuk kategori teman kerja, mungkin tidak kita ajak untuk melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan sehingga kita merasa membutuhkan teman lain untuk bermain. Saat waktu untuk bertemu dengan teman di luar teman kerja tak ada, kita pun merasa kesepian.
NURI FAJRIATI