Grace Melia (26) tak menyangka demam yang ia rasakan saat hamil muda menjadi jawaban dari teka-teki yang membuat putrinya, Aubrey Naiym Kayacinta atau Ubii (4), mengalami Congenital rubella syndrome. Ubii mengalami gangguan pada jantung, pendengaran, dan motorik karena pada saat hamil, Grace terinfeksi campak jerman, alias rubella. Grace tidak mau tragedi yang menimpa putrinya ini terulang pada keluarga-keluarga muda yang mendambakan buah hati mereka terlahir sehat dan tumbuh sempurna. Lewat komunitas Rumah Ramah Rubella, Grace bertekad agar sejarah pahit dalam hidupnya itu tidak terulang kembali!
MAHALNYA KETIDAKTAHUAN
Aih lucunya, jari-jari Ubii yang mungil bisa menekuk seperti penari Bali. Itu pikir saya. Tak ada kecurigaan sama sekali saat melihat Ubii yang sering tidur dengan posisi kepala melengkung ke belakang atau sangat rewel. Orang-orang tua bilang itu normal, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, seiring waktu saya menemukan bahwa rewelnya Ubii adalah ’alarm’ adanya sesuatu yang lebih serius.
Tangis pertama Ubii pecah pada 19 Mei 2012. Ia lahir sebagai bayi dengan fisik yang terlihat sehat. Namun, dari hasil pemeriksaan detak jantung, dokter mendengar suara berdesir yang menandakan kemungkinan adanya kelainan jantung pada Ubii. Namun, menurut dokter, hal ini bisa diperiksa kemudian. Sehingga, saya pun pulang dengan hati agak tenang.
Namun, di tiga bulan pertama pertumbuhannya, saya melihat ada yang tidak biasa pada diri Ubii. Biasanya, bayi sudah mengoceh dan mengeluarkan suara, tapi hal ini tidak dilakukan Ubii. Putri cilik kami itu juga tidak merespons saat saya ajak ngobrol dan membuat suara-suara di dekatnya. Ia tidak aktif bergerak, seperti miring atau tengkurap.
Usia saya waktu itu baru 23 tahun. Sebagai ibu muda yang belum berpengalaman, hal-hal seperti ini membuat saya takut dan gelisah. Akhirnya, saya putuskan untuk segera memeriksakan Ubii ke dokter anak. Hasilnya positif, Ubii mengalami kebocoran jantung! Jantung saya seolah berhenti berdetak
Dokter memutuskan untuk melakukan observasi terlebih dahulu. Karena di usia yang masih sangat muda, ada kemungkinan klep yang bocor pada jantung bayi akan menutup secara alami. Selain itu, kondisi Ubii dianggap tidak terlalu mencemaskan. Ia tidak pernah mengalami sesak napas, yang menjadi tanda bahwa kebocoran sudah mulai parah dan perlu mendapat penanganan, seperti operasi.
Namun, tetap saja penjelasan dokter ini tidak menjawab kekhawatiran saya terhadap kerewelan Ubii dan absennya respons Ubii saat diajak berinteraksi. Beban pertanyaan yang terus mendesak kepala dan mengusik naluri keibuan saya ini membuat saya dan suami, Adit, terus berupaya mencari second opinion dan penjelasan dari beberapa dokter yang lain.
Setelah empat atau lima kali berganti dokter, kami mendengar vonis lain yang membuat kubu pertahanan emosi saya ambrol. Di usianya yang baru 5 bulan 10 hari, Ubii dinyatakan tunarungu sangat berat! Namun, saat itu saya dan suami justru bisa menjadi tim yang solid. Kami tidak saling menyalahkan, tapi bergerak cepat untuk mencari bantuan bagi putri cilik kami.
Jawaban ini muncul lewat hasil USG otak. Dokter menemukan bercak-bercak pada otaknya, yang tak lain adalah jejak infeksi. ”Dulu Ibu kena rubella, ya. Bagaimana hasil tes Torch waktu itu?” Pertanyaan ini seketika membuat saya terkejut. Sebab, baru detik itu juga saya mendengar istilah Torch. Saya juga tidak paham, apa itu rubella!
Dokter mengatakan bahwa Ubii menderita Congenital rubella syndrome – kumpulan gejala karena infeksi yang terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Inilah yang menyebabkan Ubii mengalami gangguan pada jantung, pendengaran, dan motorik. Begitu lama saya tersesat di antara ketidakjelasan informasi medis, dan kini kami terlambat! Rasa bersalah itu seolah tidak akan pernah hilang.
Tiba di rumah, saya langsung melakukan riset pribadi melalui internet. Pengetahuan baru yang saya dapatkan mulai terangkai dengan fakta-fakta yang pernah saya alami. Dulu, saat hamil tiga bulan, saya pernah mengalami demam tinggi yang diikuti kemunculan bintik-bintik merah di kulit. Ahli kandungan mengatakan bahwa itu hanyalah gatal-gatal biasa yang bisa sembuh hanya dengan minum air kelapa muda.
Padahal, saya cukup rajin memeriksakan kehamilan ke dokter. Selama itu, saya sama sekali tidak mendapat peringatan apa pun tentang kemungkinan serangan rubella. Rupanya, lekukan jemari Ubii itu bukan karena ia sedang menari, tapi karena ruas-ruasnya menjadi kaku!