Kini, sebagai wanita karier, ia memiliki satu ritual, yaitu memastikan bertemu anaknya sebelum berangkat kerja. “Saya ingin dia tidak merasa ditinggalkan atau dilupakan karena ibunya bekerja,” cerita Febri.
“Hal lain yang paling saya syukuri adalah bahwa saya bisa belajar dari pengalaman ini. Berharap, dengan belajar dari pengalaman, saya bisa jadi orang yang lebih baik,” harap Febri.
Pesan Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si,Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia:
Ada perbedaan menjelaskan orang tua yang bercerai atau meninggal. “Kalau yang bercerai itu dijelaskannya sebelum perceraian dilakukan,” jelas Nina.
“Jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak. Sampaikan juga, kendatipun mereka sudah tidak tinggal bersama, anak tetap bisa menghubungi atau bertemu dengan orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh tersebut,” tambah Nina, mengingatkan untuk tetap membuka akses untuk anak menemui orang tuanya. Katakan juga kepada anak bahwa kedua orang tuanya tetap mencintai anak dan perpisahan tersebut bukan karena dirinya, sehingga ia tetap merasa dicintai.
Ia mengingatkan, anak tetap butuh komunikasi yang baik dengan orang tuanya agar tidak kehilangan figur ayah atau ibu. Jika memang tidak memungkinkan, maka perlu menghadirkan sosok yang bisa menggantikannya.
Ada tiga figur idola yang dibutuhkan oleh anak. Wanita dewasa, pria dewasa, dan keluarga yang harmonis. Jika orang tua tidak bisa menyediakan dari dirinya sendiri, maka cari orang lain yang kita anggap dekat (seperti paman, bibi, atau kakek dan nenek) dan pasangan yang punya interaksi positif. Jadi, anak punya cerminan bahwa di luar sana juga ada keluarga yang bahagia,” jelasnya.
Figur keluarga sangat penting bagi anak. “Hadirnya figur-figur ini akan berguna agar anak tidak trauma menjalin hubungan atau membangun keluarga di masa depan." (f)
Baca Juga: