Sex & Relationship
Bangkit Setelah Perceraian Menyakitkan

24 Mar 2019

 
 '

 
Ia hanya ingin putrinya jadi anak yang bahagia. Seiring berjalannya waktu, Febri menyadari bahwa menjadi orang tua tunggal bukanlah akhir dari segalanya. Walau memang memberikan tantangan, ia justru dapat melakukan hal-hal baru dan belajar banyak hal. Misal, ia bisa dengan bebas mengembangkan kariernya tanpa perlu khawatir ada intervensi dari orang lain. 
 
Kini, sebagai wanita karier, ia memiliki satu ritual, yaitu memastikan bertemu anaknya sebelum berangkat kerja. “Saya ingin dia tidak merasa ditinggalkan atau dilupakan karena ibunya bekerja,” cerita Febri.
 
“Hal lain yang paling saya syukuri adalah bahwa saya bisa belajar dari pengalaman ini. Berharap, dengan belajar dari pengalaman, saya bisa jadi orang yang lebih baik,” harap Febri.
 
 
Pesan Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si,Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia:
 
Ada perbedaan menjelaskan orang tua yang bercerai atau meninggal. “Kalau yang bercerai itu dijelaskannya sebelum perceraian dilakukan,” jelas Nina.
 
Advertisement
Memberitahukan anak perihal ini sangat tergantung dari usia dan tingkat pemahaman anak. Kalau anak masih terlalu kecil, tunggu sampai anak cukup mengerti dengan apa yang dijelaskan atau menunggu sampai anak bertanya kepada orang tuanya. Misalnya bertanya mengapa orang tuanya tidak seperti orang tua pada umumnya yang selalu bersama.
 
“Jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak. Sampaikan juga, kendatipun mereka sudah tidak tinggal bersama, anak tetap bisa menghubungi atau bertemu dengan orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh tersebut,” tambah Nina, mengingatkan untuk tetap membuka akses untuk anak menemui orang tuanya. Katakan juga kepada anak bahwa kedua orang tuanya tetap mencintai anak dan perpisahan tersebut bukan karena dirinya, sehingga ia tetap merasa dicintai.
 
Ia mengingatkan, anak tetap butuh komunikasi yang baik dengan orang tuanya agar tidak kehilangan figur ayah atau ibu. Jika memang tidak memungkinkan, maka perlu menghadirkan sosok yang bisa menggantikannya.
 
Ada tiga figur idola yang dibutuhkan oleh anak. Wanita dewasa, pria dewasa, dan keluarga yang harmonis. Jika orang tua tidak bisa menyediakan dari dirinya sendiri, maka cari orang lain yang kita anggap dekat (seperti paman, bibi, atau kakek dan nenek) dan pasangan yang punya interaksi positif. Jadi, anak punya cerminan bahwa di luar sana juga ada keluarga yang bahagia,” jelasnya.
 
Figur keluarga sangat penting bagi anak. “Hadirnya figur-figur ini akan berguna agar anak tidak trauma menjalin hubungan atau membangun keluarga di masa depan." (f)

Baca Juga:

Bersahabat dengan Mantan Pasangan
Resep Berbagi Peran Antara Ibu & Ayah
Jangan Unggah 3 Hal Ini di Medsos Jika Tak Ingin Rumah Tangga Anda Retak
 


Topic

#family, #perceraian

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?