Health & Diet
7 Masalah Pencernaan Ini Bisa Mengganggu Pertumbuhan Anak

27 Feb 2020


Foto: Unsplash.com
 
 
3/ Gerd
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami gangguan refluks Gastroesofageal atau Gerd. Pada bayi misalnya, gumoh merupakan salah satu bentuk terjadinya aliran balik dari lambung yang menandakan saluran cerna bayi belum cukup matang. Bertambahnya usia, gumoh akan hilang seiring semakin kuatnya saluran cerna. Gerd pada anak bisa disebabkan oleh pola makan seperti terlalu banyak mengonsumsi susu, keju, hingga kurangnya aktivitas. Gerd juga bisa disebabkan oleh alergi makanan dan kelainan anatomi lambung.

Anak dengan gangguan Gerd akan mengalami berbegai gejala seperti: panas pada bagian atas dada (heartburn), sakit saat menelan, sering batuk dan serak, bersendawa berlebihan, mual, asam lambung terasa di tenggorokan, dan gejala refluks memberat ketika berbaring.

Untuk menangani anak dengan gangguan Gerd, dr. Frieda menyarankan beberapa cara yaitu:
1/ Meninggikan posisi kepala anak saat berbaring
2/ Setelah makan, jaga posisi kepala tetap tegak selama 2 jam
3/ Makan dalam porsi sedikit namun teratur
4/ Jangan makan berlebihan
5/ Batasi minuman bersoda, makanan berlemak dan gorean, serta kafein
6/ Ajak anak untuk olahraga teratur


4/ Intoleransi laktosa
Advertisement
Laktosa merupakan sumber karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu formula. Laktosa ini dipecah oleh usus halus menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Hasil hidrolisis diserap dan masuk aliran darah sebagai nutrisi.

Intoleransi laktosa adalah gejala klinis akibat tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat enzim lactase yang berkurang. Bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsi laktosa, tapi kita harus menyeimbangkan asupan laktosa ke dalam tubuh.

Seseorang yang mengalami intoleransi laktosa umumnya mengalami gejala seperti diare profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam.

Untuk mengetahui apakah anak mengalami intoleransi laktosa, orang tua perlu membuat food diary. Seperti halnya buku harian, food diary ini mencatat jenis makanan apa saja yang dikonsumsi anak dan efeknya pada tubuh anak. Apakah makanan tersebut menimbulkan alergi atau membuat anak diare. Menurut dr. Frieda, food diary sebaiknya dilakukan selama satu minggu. Jika belum terlihat, bisa dilanjutkan hingga dua minggu. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui riwayat pencernaan anak.

Penderita intoleransi laktosa sebaiknya menghindari jenis makanan seperti susu, yoghurt, cokelat, biskuit, es krim, dan roti.


5/ Radang Usus Buntu (Appendisitis)
Tidak semua usus buntu perlu diobati lewat operasi, tergantung dari tingkat keakutannya berdasarkan observasi yang dilakukan dokter dan laboratorium. Biasanya ada skor yang diterapkan dalam menangani penyakit usus buntu ini, jika berada di skor 8-10 harua diobati dengan operasi. 

Penyakit radang usu buntu dapat ditandai dengan gejala nyeri sekitar pusar dan berpindah ke perut bagian kanan bawah, demam di atas 37 derajat celcius, serta mual dan muntah.


Baca Juga: 6/ Radang Lambung  (Gastritis)

Faunda Liswijayanti


Topic

#saluranpencernaan, #gerd, #anak, #penyakitanak

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?