Celebrity
Mike Lewis: Lima Hari Jadi Tentara

8 Nov 2012


Kini, setelah kembali melajang, lensa kamera foto dan video terus membidik ke arah Mike Lewis (31), terutama ketika ia terlihat bersama wanita cantik. Tapi, ia tidak mau memusingkan apa pun yang media katakan tentangnya. “Saya bukan orang yang memperhatikan gosip tentang diri saya karena saya tidak ingin semua itu memengaruhi hidup saya,” tegas Mike.

Memang, yang terpenting baginya saat ini adalah masa depannya, anak, dan kariernya di dunia akting. Anggapan banyak orang bahwa wajah indonya akan memuluskan jalannya menuju kesuksesan, tidak sepenuhnya benar. “Justru industri perfilman Indonesia lebih memilih tokoh utama berwajah Indonesia atau Melayu. Makanya, saya berencana untuk go international,” kata ayah dari Kenzou (1,5) ini.

Demi melancarkan rencananya itu, Mike bergabung dengan agensi di Bangkok, Singapura, dan Hong Kong. Setelah puluhan FTV, sinetron, dan film (Hafalan Shalat Delisa, The God Babe, Suster Ngesot, dan 5 Sehat 4 Sempurna), akhirnya tahun ini  ia mendapat peran sebagai tentara yang menjaga tambang harta karun di Dead Mine. Peran di film bergenre thriller, produksi HBO Asia dan Infinite Production  itu ia dapatkan lewat agensinya di Singapura. Syutingnya sendiri sudah dilakukan pada Agustus lalu.

Untuk tampil optimal, ia mendapatkan pelatihan fisik bersama pasukan elite marinir di markas marinir, Cilandak, Jakarta, selama lima hari. “Tiap hari, saya dan pemeran lain, Ario Bayu dan Bang Tigor, harus bangun pukul empat pagi dan mulai latihan fisik ala tentara pukul setengah lima. Seru juga, sih. Apalagi, waktu kecil saya, kan pernah bercita-cita jadi tentara,” tuturnya, antusias. Untungnya, ia juga sudah terbiasa berolahraga, seperti rugby, tinju, basket, dan latihan beban di gym.

Ironisnya, di film ini Mike harus berdialog dalam bahasa Indonesia, padahal ini adalah film berbahasa Inggris. “Wah, saya sempat khawatir karena ini pertama kalinya saya main di film internasional. Tapi, kok, lucunya saya malah harus bicara bahasa Indonesia,” jelas pria penutur bahasa Inggris ini, tertawa. Bahasa Indonesia-nya memang tidak selancar bahasa Inggris-nya. Bahkan, dulu, ia harus berlatih dialog dalam bahasa Indonesia dengan guru pribadi.

Setelah menyaksikan sendiri aktingnya saat peluncuran Dead Mine di Singapura, ia merasa cukup puas. “Cuma ada satu scene yang kurang bagus. Dari satu sampai 10, saya menilai akting saya 7,5. Tapi, biar penonton saja yang menilainya,” ujarnya. Ia berharap, perannya di film ini akan memperluas kesempatannya bermain film, baik itu film genre action, drama, maupun komedi. Bahkan, menurutnya, kekuatannya justru terletak di genre komedi.

Kesempatan mengikuti pelatihan peran di Gladiactor bersama aktor kawakan, Slamet Raharjo membuka wawasannya terhadap dunia seni peran. “Selama berakting, saya banyak belajar di lapangan. Kadang-kadang saya belajar pada director of photography, saya juga sering memberi masukan untuk sutradara. Bukan karena sok tahu, tapi saya tidak ingin sekadar jadi pengikut. Mungkin, suatu saat, saya juga ingin jadi sutradara,” ungkapnya.

Nuri Fajriati