
Foto: Fotosearch
Saat harus mempersiapkan presentasi kerja untuk besok, di malam harinya Sari nggak bisa menolak permintaan teman untuk bertemu. Maklum, si teman mau curhat masalah cinta. Hasilnya, presentasi Sari nggak maksimal dan dia pun ditegur atasan.
Kasus seperti Sari dialami banyak orang, mungkin termasuk kita. Rasanya sulit sekali berkata ‘tidak’, baik pada sahabat, pacar, rekan kerja, maupun saudara. Padahal kalau terus-terusan begini, kita sendiri yang bakal kelimpungan, tuh….
People pleaser
Menurut Erin Mutiara, psikolog dari Fame Consultant, sikap nggak enakan adalah suatu hal yang wajar. Bagaimana pun, ini dibutuhkan dalam pergaulan. Namun, sikap ini masuk tahap ‘gawat’ jika sampai merugikan diri sendiri seperti yang dialami Sari.
“Orang seperti Sari ini disebut sebagai people pleaser atau doormat personality disorder—meski belum menjadi istilah resmi. Maksudnya, nih, dia rela menjadi ‘keset’ demi menyenangkan orang lain,” ujar Erin.
Pola asuh memegang peranan dalam membentuk seseorang menjadi pribadi nggak enakan. Misalnya, sejak kecil orangtuanya menuntut si anak untuk selalu menuruti kata-kata mereka.
“Sejak kecil orang ini tidak dibiasakan untuk mengambil keputusan sendiri—hanya berdasarkan perintah orangtua. Hasilnya, kebiasaan ini terbawa hingga besar. Budaya juga berpengaruh—ada budaya tertentu yang cenderung nrimo saat dihadapkan pada situasi nggak menyenangkan bagi dirinya,” tambah Erin.
Khawatir dibenci
Seseorang yang nggak enakan menganggap sikap penurut merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kasih sayang. Maklum, dia melihat ortunya marah ketika dia nggak menurut. Di satu sisi, sang ortu bersikap lembut saat si anak patuh.
Nggak heran, deh, dia tumbuh dengan kecemasan akan dibenci saat menolak permintaan orang lain. Nggak mau dikucilkan dari lingkungan pergaulan, dia pun menerima saja ketika dimintai tolong walau menyusahkan diri sendiri.
“Ini berkaitan juga dengan kepercayaan diri yang rendah. Dia nggak masalah, tuh, menyulitkan diri sendiri asal bisa menyenangkan orang lain. Yang penting, dia tidak disisihkan dari pergaulan,” ujar Erin.
Sikap nggak enakan ini berlaku pada semua orang. Intinya, sih, nggak tergantung pada kedekatan hubungan antara kita dan orang lain. Kita bisa merasa nggak enak pada rekan kerja, hingga sahabat maupun pacar.
Dimanfaatkan
Maksudnya, sih, baik, yaitu ingin menyenangkan orang lain. Tapi, people pleaser ini justru mudah dimanfaatkan. Karena dikenal nggak bisa menolak, bukan nggak mungkin orang-orang di sekelilingnya akan terus ‘minta tolong’.
“Tanpa sadar dia dikendalikan. Orang seperti ini nggak punya kompas internal, dia nggak tahu apa yang dia mau. Wajar, deh, jika pada akhirnya dia ikut keputusan kelompok dan melakukan apa pun yang mereka suruh. Mereka tahu kelemahannya dan memanfaatkannya,” tambah Erin.
Efeknya, nih, people pleaser akan merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Dari segi fisik, dia memforsir tenaga untuk mengerjakan pekerjaan sehari-harinya plus tugas orang lain (seperti tugas kantor atau menemani jalan). Dari segi mental, hatinya sebenarnya kurang sreg untuk memenuhi permintaan orang.
“Dia akan lelah plus merasa hatinya kosong. Sudah capek membantu orang, eh, yang dibantu hanya sekadar memanfaatkan tanpa ada timbal balik seimbang. Lama-lama dia stres, bahkan depresi hingga bisa ‘meledak’. Selama ini, kan, dia hanya memendamnya dalam hati,” jelas Erin.
Pertimbangkan!
Bagi kita yang sudah terbiasa berkata ‘ya’, memang sulit untuk berubah. Tapi, kita harus berani menolak, tuh, agar nggak selalu dimanfaatkan dan membuat ribet diri sendiri. Saat teman mengajak jalan malam ini, misalnya, jangan langsung setuju. Ulurlah waktu dengan memberitahu dia kalau kita perlu cek jadwal dulu.
Lalu, pertimbangkan tawarannya dan sesuaikan dengan kondisi kita. Apakah hari ini kita bisa keluar kantor on time, atau harus lebih lambat karena masih ada tugas? Kalau pun lowong, sampai jam berapa kita bisa jalan? Jika ternyata kita punya waktu luang tanpa perlu mengorbankan hal wajib, barulah kita bisa pergi.
“Misal, rekan mengajak Anda menemaninya ke suatu acara. Jelaskan, deh, kalau Anda harus menyelesaikan tugas terlebih dahulu. Lalu, janjikan rekan kalau Anda akan beri kabar jika bisa ikut pergi,” ujar Erin.
Kita ternyata sulit memenuhi permintaannya? Kita harus punya keberanian untuk menolak, tuh. Orang justru akan menghargai kalau kita punya prinsip. Namun agar orang lain nggak tersinggung, komunikasikan dengan cara halus. Akan lebih tepat, sih, mengungkapkan alasan profesional—jangan personal—seperti menyangkut pekerjaan. Selama kita bicara baik-baik, mereka akan mengerti, kok…. (f)
Topic
#pengembangandiri