
“Kami jarang berfoto seperti ini. Foto pre-wedding saja waktu itu sama sekali tidak berkonsep wah seperti orang lain. Habis, rasanya enggak kami banget,” ujar Timothy, yang akrab dipanggil Timmy, sambil membetulkan posisi duduknya di sebelah sang istri, di atas jembatan kolam renang yang asri untuk pemotretan artikel ini. Timothy bercerita, foto pre-wedding mereka akhirnya mengambil setting di Sabang 16, kafe yang mereka rintis bersama dan di bioskop, tempat kencan favorit mereka.
Pada suatu siang di hari kerja, femina menemui Timothy dan Sumi di apartemen mereka di bilangan Puri Indah, Jakarta Barat. Saat kebanyakan orang masih sibuk di kantor, keduanya justru sudah bisa bersantai di rumah. Pasalnya, jam kerja mereka memang tidak lazim, berhubung harus sama-sama siaran untuk acara berita pagi. “Tiap hari saya dan Timmy bangun tidur pukul 3-4 pagi. Makanya, pukul 8 malam pasti kami sudah mengantuk,” ungkap penyiar Metro Xinwen ini.
Kesibukan Timmy di Kompas TV dan Sumi di Metro TV, baik sebagai presenter ataupun produser, justru berkah buat mereka. “Untung jam siaran kami sama. Kalau tidak, kami pasti tidak bisa ketemu,” kata Sumi, bersyukur. “Tapi akibatnya, kami jadi tidak pernah saling menonton acara masing-masing. Padahal, kami berdua ini kan kompetitor, lho,” kata Timmy, yang disambut senyum kecil istrinya.
Selain siaran on air dengan jadwal reguler, keduanya juga sibuk sebagai produser dan berbagai kegiatan off air. Putra mereka, Russell Jonathan Marbun, tak jarang dibawa ibunya ke kantor atau tugas ke luar kota. “Yang kurang adalah waktu untuk diri sendiri, misalnya untuk perawatan ke salon. Tapi, saya memang lebih senang menghabiskan waktu dengan keluarga daripada ke salon,” ungkap Sumi.
Saat pengambilan foto, Timmy dan Sumi bersenda gurau sambil bernostalgia tentang awal pertemuan mereka di Metro TV di tahun 2008 hingga akhirnya menikah di tahun 2013. Hubungan keduanya dulu sebagai kekasih bukan rahasia, namun mereka memilih tidak mengumbar kemesraan di kantor. “Ketika saya resign tahun 2011, banyak yang mengira karena saya akan menikahi Sumi karena ada ketentuan suami-istri tidak boleh satu kantor. Padahal, waktu itu kami belum kepikiran untuk menikah,” cerita Timmy, yang mengaku juga tidak suka mengumbar kemesraan di media sosial.
Dari bertetangga meja di kantor, sering ngobrol soal kerja, curhat tentang relationship, dan makan siang bersama, rasa tertarik yang tumbuh di antara keduanya pun berkembang menjadi bunga-bunga cinta. Ketika karier keduanya sudah mulai stabil, dan bisnis kafe yang mereka kelola bersama juga sudah berjalan mulus, Timmy pun merasa mantap untuk membawa hubungannya dengan Sumi ke arah yang lebih serius.
Menuju ke pelaminan, pasangan pencinta film hitam putih kuno ini mengaku tidak menemui banyak sandungan, meskipun keduanya berasal dari dua latar belakang budaya yang berbeda. Timmy yang berdarah Batak ternyata diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Sumi yang berdarah Tionghoa dari Bagansiapiapi, Kepulauan Riau.
“Keluarga sempat kaget ketika tahu saya pacaran dengan seorang pria non-Tionghoa. Tapi, begitu bertemu Timmy, ternyata mereka langsung cocok,” tutur Sumi, berbinar. Begitu juga sebaliknya dengan keluarga Timmy. Keduanya pun menikah pada 30 Juni 2013 tanpa prosesi adat Batak. “Selama ini kami tidak perlu melakukan adaptasi yang terlalu besar karena perbedaan budaya ini. Kami jarang ikut acara-acara keluarga besar, soalnya orang tua Timmy juga cukup santai dan tidak pernah mewajibkan kami untuk datang,” tambahnya. (f)
Primarita Smita