
Dok. Unsplash
Pencemaran lingkungan karena dampak limbah sampah sudah pada taraf darurat. Tak main-main, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) timbunan sampah di Indonesia sebesar 67,8 juta ton pada tahun 2020.
Angka ini tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat timbunan sampah tersebut akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk, yang tidak sejalan dengan pengelolaan sampah yang baik.
Bagaimana tidak, menurut data Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia, hanya 10 persen atau sekitar 680 ton sampah plastik yang didaur ulang di sekitar 1.300 pusat daur ulang. Sementara sebagian besar sampah plastik tidak dikumpulkan dengan baik dan berakhir ke tempat pembuangan sampah, yang menyebabkan sekitar 9 persen total sampah plastik berakhir di laut.
Diperkirakan, jika masalah sampah plastik ini tidak ditangani dengan baik, akan berdampak panjang pada ekologi, ekonomi hingga eko-toksikologis.
Hal yang banyak tak disadari oleh masyarakat adalah penggunaan plastik dan pembuangan sampahnya secara sembarangan dapat berdampak fisik terhadap kehidupan laut, yang mana biota-biota laut akan terjerat, tertelan dan berujung pada kelaparan.
Lebih dari itu, plastik juga berdampak kimiawi, yang mana dapat menyebabkan penumpukan polutan organik seperti Polychlorinated Biphenyls (PCB) dan Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT). Kedua bahan tersebut terkenal memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan.
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa masalah sampah plastik tak lagi bisa dianggap sepele. Keterlibatan masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan, tak lagi bisa hanya berupa ide besar saja, tapi juga harus dilakukan dari langkah terkecil.
Misal saja, dengan mulai mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan kertas. Pasalnya, sedotan plastik masuk dalam lima besar limbah plastik yang paling banyak dan berbahaya bagi lingkungan, baik karena material dan ukurannya yang mungil, sehingga sulit untuk ditemukan atau tersangkut di biota laut.
Berdasarkan data Divers Clean Action (2018), kelompok pemerhati lingkungan khususnya laut, pemakaian sedotan di Indonesia mencapai 93 juta batang setiap harinya. Ironisnya lagi, jika dibentangkan, 93 juta sedotan plastik ini memiliki panjang hingga 16.784 km atau sama dengan jarak tempuh Jakarta menuju Meksiko.
Maka, dengan melakukan langkah terkecil dengan mengganti penggunaan sedotan plastik dengan kertas, dapat berkontribusi positif pada penyelamatan lingkungan.
Diperlukan juga partisipasi semua pihak untuk bisa menyelamatkan lingkungan dengan cara bersinergi dan bergerak bersama mengatasi permasalahan ini. Salah satunya dibutuhkan kontribusi dari produsen makanan dan minuman kemasan, yang turut memberikan sumbangsih pada limbah plastik.
“Sebagai bagian dari FrieslandCampina, Frisian Flag Indonesia mengusung visi global perusahaan ‘Nourishing a Better Planet’, yang bertujuan untuk mewujudkan Indonesia yang Sehat, Sejahtera dan Selaras. Salah satu bentuk pengejawantahan dari visi ini adalah dengan mulai menghadirkan kebaikan sedotan kertas yang ramah lingkungan pada produk susu cair siap minum rendah lemak andalan kami, Frisian Flag Low Fat 225 ml varian Belgian Chocolate, French Vanilla dan Californian Strawberry,” ungkap Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia.
Seperti yang disampaikan oleh Andrew bahwa dengan mengganti sedotan plastik dengan bahan kertas, dapat berkontribusi positif menyelamatkan lingkungan hingga 10 ton limbah plastik per tahunnya.
Andrew pun menambahkan, bahwa sedotan kertas telah melalui uji pangan, food grade certified dan bebas gluten alergen. Material yang dipilih menggunakan bahan yang ramah lingkungan, dapat didaur ulang (recylceable) dan telah mendapat sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council).
“Kehadiran sedotan kertas pada produk susu cair siap minum rendah lemak kami menjadi langkah awal perusahaan dalam menghadirkan produk dan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Ke depan, inisiatif ini akan terus kami lanjutkan dan kami perkuat, guna mewujudkan komitmen 100% kemasan yang dapat didaur ulang pada 2025 mendatang,” tutup Andrew. (f)
BACA JUGA :
Meningkatnya Tren Pesanan Makanan dan Belanja Online di Masa PSBB, Penyumbang Terbesar Sampah Rumah Tangga
Dampak Pandemi COVID-19, Timbunan Sampah Naik Hingga 70%
Masyarakat Pulau Jawa Hasilkan 189.000 Ton Sampah Plastik Per Bulan, Hanya 11,83% yang Didaur Ulang
Topic
#sampahplastik, #lingkungan, #sampah