
Foto: Dian Probowati
Sepanjang tahun 2015 pembangunan kesehatan reproduksi seperti tertera dalam Millenium Development Goals (MDG) belum tercapai sepenuhnya. Dari enam indikator yang ditetapkan, hanya dua indikator tercapai, yakni persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan cakupan pelayanan antenatal. Sementara empat indikator lainnya belum mencapai target, yaitu angka kematian ibu masih tinggi (359 dari target 102), CPR masih 57,9% dari target 65%, angka kelahiran dari pasangan remaja masih 48 dari target 30, angka unmet need (kebutuhan KB) masih 8,5% dari target 5%.
Berdasarkan data tersebut, dalam rangka menyukseskan program Keluarga Berencana (KB) jangka panjang, DKT Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta Kementerian Kesehatan RI menggelar sosialisasi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Post Partum Intra Uterine Divice (PP IUD) Metode Inserter di Hotel Gran Melia, Kuningan Jakarta, Rabu (25/5).
Pemakaian MKJP ini diyakini mampu menekan jumlah angka kematian ibu, sekaligus meningkatkan CPR MKJP dan menekan angka unmet need. Menariknya, saat ini telah tersedia metode baru, yaitu PP IUD metode inserter. Pada PPIUD metode inserter, batang inserter tersebut menyatu dalam kemasan PPIUD. Pemasangannya pun dilakukan menggunakan kelly forcaps yang merupakan perbaikan dari metode pemasangan dengan tangan. Hal ini dapat mencegah angka infeksi dan ekspulsi, serta lebih praktis dan higienis. Selain itu tentu mempermudah kerja para tenaga kesehatan.
“Meski bukan relatif baru, tapi bisa PPIUD metode inserter ini bisa meningkatkan program MKJP yang saat ini cenderung menurun. Produk ini menjadi alternatif pemasangan IUD pascapersalinan,” kata GM Reproductive Health And Family Planning DKT Indonesia, Aditya A. Putra, saat sosialisasi penggunaan PP IUD tersebut.
Pakar KB Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG menambahkan penerapan KB pasca persalinan sangat penting sebab kembalinya kesuburan seorang ibu setelah melahirkan tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada wanita menyusui.
“Dengan kondisi yang tidak bisa diprediksi pascapersalinan, pemakaian kontrasepsi seharusnya sudah digunakan sebelum aktivitas seksual dimulai. Karena itu, sangat strategis untuk memulai kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan,” ujarnya.
Dengan diluncurkannya PPIUD, DKT Indonesia dan BKKBN berharap angka indikator MDG tercapai dalam waktu dekat. Selain itu diharapkan para provider tenaga kesehatan dapat membantu menyosialisasikan PPIUD hingga ke pelayanan kesehatan di pelosok desa.(f)
Berdasarkan data tersebut, dalam rangka menyukseskan program Keluarga Berencana (KB) jangka panjang, DKT Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta Kementerian Kesehatan RI menggelar sosialisasi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Post Partum Intra Uterine Divice (PP IUD) Metode Inserter di Hotel Gran Melia, Kuningan Jakarta, Rabu (25/5).
Pemakaian MKJP ini diyakini mampu menekan jumlah angka kematian ibu, sekaligus meningkatkan CPR MKJP dan menekan angka unmet need. Menariknya, saat ini telah tersedia metode baru, yaitu PP IUD metode inserter. Pada PPIUD metode inserter, batang inserter tersebut menyatu dalam kemasan PPIUD. Pemasangannya pun dilakukan menggunakan kelly forcaps yang merupakan perbaikan dari metode pemasangan dengan tangan. Hal ini dapat mencegah angka infeksi dan ekspulsi, serta lebih praktis dan higienis. Selain itu tentu mempermudah kerja para tenaga kesehatan.
“Meski bukan relatif baru, tapi bisa PPIUD metode inserter ini bisa meningkatkan program MKJP yang saat ini cenderung menurun. Produk ini menjadi alternatif pemasangan IUD pascapersalinan,” kata GM Reproductive Health And Family Planning DKT Indonesia, Aditya A. Putra, saat sosialisasi penggunaan PP IUD tersebut.
Pakar KB Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG menambahkan penerapan KB pasca persalinan sangat penting sebab kembalinya kesuburan seorang ibu setelah melahirkan tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada wanita menyusui.
“Dengan kondisi yang tidak bisa diprediksi pascapersalinan, pemakaian kontrasepsi seharusnya sudah digunakan sebelum aktivitas seksual dimulai. Karena itu, sangat strategis untuk memulai kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan,” ujarnya.
Dengan diluncurkannya PPIUD, DKT Indonesia dan BKKBN berharap angka indikator MDG tercapai dalam waktu dekat. Selain itu diharapkan para provider tenaga kesehatan dapat membantu menyosialisasikan PPIUD hingga ke pelayanan kesehatan di pelosok desa.(f)