
Foto: Pexels
Urgensi pengelolaan sampah di tengah kondisi pandemi global saat ini semakin terasa, setelah Indonesian Environmental Scientists Association (IESA) mengungkapkan, adanya kenaikan tajam pada timbulan sampah dari bulan Maret hingga Mei 2020. Yaitu sebesar 70% dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19.
Padahal sebelum pandemi saja, sampah yang dihasilkan sangat besar. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Februari 2019, jumlah sampah secara nasional mencapai 175.000 ton per hari atau sekitar 624juta ton per tahun.
Oleh sebab itu, PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) atau Asosiasi Untuk Kemasan dan Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan, bersama dengan sejumlah pemangku kepentingan lainnya, meluncurkan program Packaging Recovery Organization (PRO). Hal ini merupakan upaya untuk menjawab sejumlah tantangan pada pengelolaan sampah dan optimalisasi praktik ekonomi sirkuler di Indonesia.
PRO akan beroperasi sebagai suatu lembaga non-profit yang dikelola secara profesional dan independen. Aktivitas PRO terdiri dari kategori A untuk kemasan polyethylene terephthalate (PET) yang bertujuan membangun Pasar Daur Ulang atau Hasil Akhir; kategori B untuk kemasan used beverage carton (UBC), flexibles, dan high-density polyethylene (HDPE) untuk pengembangan kapasitas sistem pengumpulan; dan kategori C yang meliputi edukasi kepada masyarakat.
Tahun ini PRO akan fokus pada penanganan bahan kemasan berupa PET plastic dengan target daur ulang sebesar 60%. Kemudian pada tahun 2021 dan seterusnya, PRO akan fokus pada penanganan materi kemasan lainnya, yaitu UBC, flexibles, dan HDPE. PRO juga akan memperluas peluang untuk ekspansi keanggotaan agar dapat meningkatkan keterlibatan banyak pihak.

Foto: dok. PRAISE
Program PRO telah berhasil diimplementasikan di sejumlah negara dan benua, seperti Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. PRO di Indonesia merupakan inisiatif dari enam perusahaan yang juga tergabung dalam PRAISE, yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak Indonesia, dan PT Unilever Indonesia Tbk.
Melalui Extended Stakeholder Responsibility (ESR), PRAISE melibatkan beragam pemangku kepentingan untuk menyediakan perspektif agar keberhasilan program PRO dapat menjadi mesin perubahan ekonomi, sosial, serta lingkungan.
“Kami harap keberadaan PRO dapat memberikan sudut pandang dan inovasi baru dalam menghadapi berbagai tantangan pada pengelolaan sampah dan percepatan praktik ekonomi sirkuler di Indonesia. Besar harapan kami agar pemerintah, sektor industri, dan sektor informal maupun semi-informal lainnya dapat bergabung dalam inisiatif ini untuk mewujudkan Indonesia yang lestari,” ujar Karyanto Wibowo, Ketua Umum PRAISE.
PRO diharapkan dapat menjadi salah satu solusi inovatif dalam menanggapi berbagai isu yang terdapat pada penanganan sampah kemasan di Indonesia. Hal ini juga diapresiasi dan didukung oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia. Apalagi, pemerintah telah menargetkan pengurangan timbulan sampah plastik di lautan hingga 70% pada tahun 2025. Sehinggi pada tahun 2040 Indonesia diproyeksikan dapat terbebas dari kebocoran sampah plastik ke lautan.
“Target tersebut akan kami realisasikan melalui beberapa program terkait pengolahan sampah spesifik berdasarkan sifat, konsentrasi, atau volumenya, yang memerlukan pengelolaan khusus. Tentunya, kami harap kehadiran PRO dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian target ini,” pungkas Luhut.(f)
Melalui Extended Stakeholder Responsibility (ESR), PRAISE melibatkan beragam pemangku kepentingan untuk menyediakan perspektif agar keberhasilan program PRO dapat menjadi mesin perubahan ekonomi, sosial, serta lingkungan.
“Kami harap keberadaan PRO dapat memberikan sudut pandang dan inovasi baru dalam menghadapi berbagai tantangan pada pengelolaan sampah dan percepatan praktik ekonomi sirkuler di Indonesia. Besar harapan kami agar pemerintah, sektor industri, dan sektor informal maupun semi-informal lainnya dapat bergabung dalam inisiatif ini untuk mewujudkan Indonesia yang lestari,” ujar Karyanto Wibowo, Ketua Umum PRAISE.
PRO diharapkan dapat menjadi salah satu solusi inovatif dalam menanggapi berbagai isu yang terdapat pada penanganan sampah kemasan di Indonesia. Hal ini juga diapresiasi dan didukung oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia. Apalagi, pemerintah telah menargetkan pengurangan timbulan sampah plastik di lautan hingga 70% pada tahun 2025. Sehinggi pada tahun 2040 Indonesia diproyeksikan dapat terbebas dari kebocoran sampah plastik ke lautan.
“Target tersebut akan kami realisasikan melalui beberapa program terkait pengolahan sampah spesifik berdasarkan sifat, konsentrasi, atau volumenya, yang memerlukan pengelolaan khusus. Tentunya, kami harap kehadiran PRO dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian target ini,” pungkas Luhut.(f)
BACA JUGA:
Masyarakat Pulau Jawa Hasilkan 189.000 Ton Sampah Plastik Per Bulan, Hanya 11,83% yang Didaur Ulang
WHO : Pandemi COVID-19 Diperkirakan Akan Berakhir dalam Waktu 2 Tahun
Kasus COVID-19 Meningkat, Syuting dan Tayangan Drama Korea Tertunda
Topic
#sampah, #KLHK, #daurulang, #recycle, #sampahplastik, #covid19, #pandemi