Foto: Freepik
Laporan Risiko Global 2021 (Global Risk Report 2021) yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich), menyoroti risiko dampak pandemi COVID-19 pada kesehatan mental generasi muda. Laporan tersebut mengutip bahwa 80% anak muda di seluruh dunia tercatat mengalami penurunan kondisi kesehatan mental selama pandemi.
Yang mengkhawatirkan, pada saat yang sama, ‘kekecewaan yang dirasakan anak muda’ (youth disillusionment) dan ‘memburuknya kesehatan mental’ (mental health deterioration) juga disorot sebagai top global blind spot atau risiko global yang paling terabaikan selama pandemi.
Laporan Risiko Global 2021 oleh WEF dan Zurich juga menjelaskan bahwa memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda ini diakibatkan oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas. Melambatnya ekonomi selama masa pandemi telah mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran yang signifikan dan generasi muda yang baru memasuki dunia kerja terpukul keras oleh situasi ini.
Pelajar yang baru lulus dan mulai memasuki dunia kerja di tengah krisis ekonomi cenderung berpenghasilan lebih rendah dari rekan-rekan kerja mereka lainnya. Bahkan, menganggur selama satu bulan pada usia 18-20 tahun diprediksi dapat menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar 2% secara permanen di masa mendatang.
Bagi anak muda di kawasan terpencil, risiko pengangguran ini berpotensi bisa menjadi semakin serius dengan adanya kesenjangan akses digital. Ketika anak muda di perkotaan lebih cepat beradaptasi dan berkembang di tengah digitalisasi, anak muda di pedesaan masih kesulitan mengimbangi minimnya akses dan infrastruktur digital.
Berdasarkan data UNICEF tahun 2020, setidaknya 30% pelajar di seluruh dunia kekurangan akses dan infrastruktur teknologi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Agustus 2020 lalu menyatakan bahwa lebih dari 42.000 sekolah masih belum terakses internet. Dalam jangka panjang, disparitas digital dapat semakin memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi dan menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam daya saing serta keterampilan sumber daya manusia.
Meskipun dampaknya tidak terlihat secara langsung, situasi ini adalah masalah yang sangat penting untuk ditangani karena akan menentukan kualitas pemimpin masa depan dan penggerak ekonomi bangsa ini.
Kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting, mengingat bahwa merekalah yang akan memimpin negeri ini pada 20 hingga 30 tahun mendatang. Dengan Visi Generasi Emas Indonesia 2045, situasi ini menjadi kian menantang dan semakin penting untuk ditangani. Tantangannya adalah investasi terhadap upaya penanganan kondisi kesehatan mental yang perlu dilakukan dan harus menjadi fokus dalam proses pemulihan pasca pandemi. Selain itu, generasi muda juga harus memiliki saluran di mana mereka dapat bersuara dan memberikan kontribusi dalam pemulihan global untuk masa depan mereka.
Selama satu dekade terakhir, Zurich sendiri terus berinovasi memberikan pembelajaran digital dan peluang berskala global kepada para talenta muda melalui berbagai program yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan memaksimalkan akses serta peluang bagi mereka. Hal ini salah satunya diwujudkan lewat program magang virtual selama 3 -12 bulan untuk mahasiswa semester akhir dan fresh graduate yang bertujuan untuk membantu generasi muda membekali diri mereka dengan keterampilan di dunia kerja, dengan membuka kesempatan menimba ilmu dan pengalaman dari perusahaan. (f)
Baca Juga:
5 Hal yang Bisa Dilakukan Perusahaan untuk Mendukung Wanita di Tempat Kerja
Penyintas COVID-19 Berisiko Alami Penyakit Mental dan Demensia
Laporan Terbaru PBB: Perempuan Lebih Rentan Terdampak COVID-19
Faunda Liswijayanti
Topic
#kesehatanmental, #corona, #covid19