
Foto: Pixabay
Tren perjalanan kini telah bergeser, dari yang awalnya bergantung pada travel agensi, menjadi bergantung pada gadget. Dalam hasil survei online The Global Digital Traveler Research yang dirilis Travelport, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan pelancong yang paling bergantung pada alat digital dalam aktivitas travel, di bawah Tiongkok dan India. Survei yang dilakukan pada Agustus 2017 ini melibatkan 11 ribu responden dari 19 negara.
“Wisatawan Indonesia ternyata gemar sekali menggunakan teknologi digital, mulai dari tahap awal perencanaan, saat berada di tempat tujuan, hingga setelah perjalanan. Dari hasil survei diketahui 93% responden menggunakan referensi video dan foto dari media sosial dan 71% menggunakan voice search dalam tahap riset perencanaan,” papar Mark Meehan, Managing Director Asia Pacific Travelport. Sebanyak 84% responden juga menyatakan bahwa sangat penting untuk tetap berhubungan dengan keluarga, teman-teman, atau kantor selama bepergian.
Dari survei yang sama juga ditemukan, sebanyak 68% wisatawan Indonesia lebih memilih menggunakan ponsel ketika melakukan pemesanan hotel atau airlines. Indonesia menduduki peringkat teratas sebagai negara yang paling banyak melakukan pemesanan online lewat ponsel.
Meski demikian, ternyata masih banyak responden yang berharap bisa berkonsultasi langsung pada agen pejalan profesional. Ada 84% responden yang menjawab masih menginginkan panduan meskipun perilaku mereka telah berubah akibat perkembangan teknologi.
Kini usaha travel harus bisa menggabungkan kemandirian melakukan pemesanan, fleksibilitas pilihan pembelian, hingga adanya kesempatan berkonsultasi, sehingga konsumen bisa mendapatkan pengalaman digital yang menyenangkan.
“Pelaku usaha travel tidak bisa lagi hanya berperan sebagai penyedia transaksi. Harus bisa menjual value dan memberikan value added baik pada pihak maskapai penerbangan/hotel maupun konsumennya,” tegas Mark. Pengalaman digital menjadi hal krusial yang harus dicermati oleh pelaku usaha di bidang travel untuk menjawab kebutuhan pasar yang berkembang.
Misalnya, jika dulu tiket pesawat dibeli 'satu paket' dengan jumlah bagasi yang telah ditentukan, kini pelanggan seharusnya sudah bisa bebas membeli sesuai kebutuhannya secara online. Tak hanya itu, untuk menjawab keinginan wisatawan untuk berkonsultasi atau menanyakan hal yang mereka ingin ketahui lebih jauh, pelaku usaha juga bisa menambahkan fitur komunikasi seperti Chatbot. (f)
Baca Juga:
Sentuhan Personal dalam Bisnis Traveling
Ini Akibat Maraknya Tiket Penerbangan Murah dan Calon Penumpang yang Tak Paham Aturan Penerbangan
Wisata Murah Meriah di Pulau Bangka
Topic
#travel