Foto: Freepik
Bagi para miliarder, traveling keliling dunia rupanya sudah sangat biasa. Yang luar biasa adalah jalan-jalan ke luar angkasa, sebagaimana yang dilakukan oleh Jeff Bezos dan Sir Richard Branson, dan sebentar lagi oleh Elon Musk.
Menyusul Richard yang sudah lebih dulu mengangkasa, Jeff yang kini merupakan orang terkaya di dunia tak mau ketinggalan. Bertepatan dengan peringatan 52 tahun pendaratan Apollo 11 di bulan, pada 21 Juli, Jeff mengangkasa dengan roket terbaru buatan Blue Origin (perusahaan miliknya) yang bernama New Shephard. Ia tak traveling sendirian, melainkan ditemani adiknya Mark, pakar penerbangan asal Texas, Wally Funk, dan pelajar 18 tahun asal Belanda, Oliver Daemen. Roket yang membawa mereka terbang selama kurang dari 11 menit itu berhasil mencapai ketinggian 106 km.
Apa sensasi yang didapat dengan perjalanan ke luar angkasa tersebut? Salah satu yang dikejar adalah pengalaman langka ketika mencapai gravitasi nol. Badan seolah menjadi sangat ringan, mengapung tanpa beban di udara. Hal ini jelas tak bisa didapat ketika traveling di muka bumi. Tak mengherankan, jika saat melayang-layang itu, para traveler luar angkasa ini bereksperimen dengan melakukan hal-hal lucu. Jungkir balik di udara, memutar-mutar badan, juga lempar-tangkap bola pingpong yang gerakannya seperti disetel pada slow motion mode.
Pengalaman menakjubkan lain yang bisa didapat adalah menikmati keindahan planet Bumi yang begitu biru. Setidaknya inilah yang diungkap Richard yang terbang dengan pesawat Virgin Galactic VSS Unity yang juga buatan perusahaannya.
Lalu, bagaimana dengan publik yang juga ingin menikmati pengalaman unik serupa Jeff dan Richard?
Mengutip laman Kompas, hanya ada 7 orang yang pernah terbang ke luar angkasa sebagai turis. Antara tahun 2001 dan 2010, perusahaan pariwisata luar angkasa Space Adventures memfasilitasi penginapan di Stasiun Luar Angkasa Internasional dengan paket seharga antara 20 juta dolar AS (Rp280 miliar) dan 40 juta dolar AS (Rp560 miliar) per kursi. Studi dari konsultan industri luar angkasa dan satelit Northern Sky Research (NSR) memperkirakan, pasar pariwisata luar angkasa akan menghasilkan pendapatan hampir 8 miliar dollar AS (Rp112 triliun) antara 2020 dan 2030.
Ada 3 jenis penerbangan yang ditawarkan. Pertama, orbital yang mencapai kecepatan cukup tinggi untuk tetap berada di orbit mengelilingi planet Bumi. Kedua, suborbital yang terbang lebih lambat, mencapai luar angkasa, tapi tanpa kecepatan untuk memasuki orbit. Ketiga, parabola. Ini penerbangan yang paling mudah diakses karena berlangsung di pesawat komersial yang dimodifikasi untuk melakukan manuver khusus. Penumpang bisa merasakan sensasi mengapung tanpa bobot seperti yang dialami di luar angkasa, tanpa harus benar-benar pergi ke sana.
Lebih dari 100 penerbangan parabola dilangsungkan pada 2019. Tiketnya ditawarkan seharga 5.000 dolar AS (Rp70 juta) per orang. Hmm… masih bisa dijangkaulah. Karena itu, penerbangan jenis ini dinilai paling memungkinkan dari segi harga dan teknologi.
Blue Origin berencana menawarkan perjalanan suborbital dengan roket New Shepard. Kapsul kru, yang terletak di bagian atas wahana, berisi kursi yang nyaman dan jendela besar yang didesain untuk wisatawan. Tak mau kalah, Virgin Galactic juga menawarkan penerbangan suborbital dengan roket SpaceShipTwo. Dan… percaya atau tidak sudah ada waiting list wisatawan yang ingin menjajal penerbangan tersebut. Padahal, biaya reservasinya saja mencapai Rp3,5 miliar! Kabarnya, pada 2022 Virgin Galactic akan menawarkan 1.200 penerbangan per tahun dengan kapasitas 6 kursi untuk setiap penerbangan.
Sementara itu, SpaceX menawarkan paket perjalanan paling premium. Paket wisatanya adalah 10 hari, termasuk 8 hari tinggal di stasiun luar angkasa. S
Setiap 3 turis akan ditemani oleh astronot veteran. Tertarik untuk mencoba? (f)
Baca Juga:
Viral, Planetarium Terbesar di Dunia Ada di Shanghai. Intip, Yuk!
Jalan-Jalan di Silicon Valley, Mampir ke 7 Tempat Ini, Ya!
7 Science Museum Paling Keren di Dunia
Topic
#traveling, #luarangkasa, #elonmusk