Travel
River Safari, Jelajah Hutan Liar dan Bertemu Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting

28 Jan 2017


Foto: Ribut Purwanti
 

Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah adalah surga bagi ratusan jenis burung, beragam jenis kera, orangutan, reptil, serta flora dan fauna liar lainnya, juga sumber pengetahuan dan kebijaksanaan hidup. Perjalanan kontributor femina, Ribut Purwanti ke tempat ini tak hanya memanjakan mata akan keindahan harmonisasi flora dan satwa liar, namun menggugah kesadaran untuk menjalankan gaya hidup berkelanjutan. Berikut catatan perjalanannya.
 
Setelah menempuh perjalanan udara dari Jakarta, sampailah saya dan dua teman saya, Sri Dewi dan Adjat Sudrajat di Bandara Iskandar di Pangkalan Bun, Kumai, Kalimantan Tengah. Bersama pemandu tur yang sudah menunggu, kami lalu menumpangi taksi yang membawa kami ke tepi sungai Sekoyer. Di sana, perahu klotok yang disewa siap mengantarkan kami menyusuri rimbunnya hutan bagian semenanjung barat daya Kalimantan Tengah. Salah satu hujan hutan tropis tertua di dunia. 
 
Pengalaman naik perahu klotok ini sangat mengasyikkan. Serasa menyusuri sungai Amazon di film-film Hollywood. Sepanjang menyusuri sungai, mata saya dimanjakan dengan hijaunya dedaunan, indahnya senja dan monyet hidung panjang yang melompat bebas dari satu pohon ke pohon lain. Terkadang saya terpekik jika menjumpai orangutan liar berayun di rimbunnya hutan. Ada juga buaya di sepanjang sungai. “Meski tak terlihat, buaya-buaya ada di sana,” begitu pesan sang pemandu.
 
Perahu-perahu klotok lalu lalang membawa mereka yang ingin berkunjung. Saya pun berkesempatan menyaksikan dari dekat kehidupan warga yang tinggal di tepi hutan. Anak-anak kecil tanpa takut mengayuh perahu kecil mereka dan bersenda gurau di sepanjang sungai.
 
Ketika saya mulai menjejakkan kaki di hutan, saya merasakan keheningan dan kedamaian tersendiri. Hanya terdengar kicauan burung dan kaki-kaki kami yang bergegas melangkah menuju Camp Tanjung Harapan, tempat dimana petugas ranger di kawasan konservasi ini memberi makanan pada orangutan.
 
Langkah saya tak bisa cepat, sesekali saya berhenti untuk mengagumi pepohonan tua serta tanaman yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Seperti tanaman kantung semar yang dulu hanya bisa saya lihat di buku Biologi.
 
Selain berkesempatan untuk menyaksikan orangutan dari dekat, saya juga bisa mempelajari cara hidup orangutan di pusat informasi Camp Leakey yang didirikan oleh Professor Birute Galdikas.
 
Di sini, ada pohon silsilah keluarga orang utan, jenis makanan mereka serta dampak deforestrasi dan perdagangan satwa ilegal yang menyebabkan punahnya spesies orangutan. Orangutan yang ditemukan dalam kondisi tidak sehat atau berhasil diselamatkan dari penangkapan, direhabilitasi di camp ini.
 
Sebelum malam semakin pekat, tur guide kami pun menawarkan penjelajahan hutan di malam hari, untuk mengintip kehidupan satwa malam seperti kelelawar dan serangga malam. Seru!
 
Malam pun tiba, perahu klotok lalu bersandar. Saya terlelap dalam keheningan hutan yang damai, udara yang sejuk, meninggalkan hiruk pikuk kota. (f)
 
Baca Juga:

Ribut Purwanti


Topic

#travelingindonesia