
Foto: Dok. Pribadi
Saat ini, Batik Girl diproduksi sebanyak 1.000-2.000 boneka per tahun dan dipasarkan di Singapura, Brunei, Malaysia, Australia dan Amerika dengan harga 15 US Dolar atau sekitar Rp 150.000. Lusia juga menjalankan program ‘1000 Batik Girl for Indonesia’ dengan memberikan 1.000 boneka untuk anak-anak pengidap kanker, HIV, Thalasemia, disabilitas, dan anak-anak panti asuhan di 10 kota di Indonesia.
“Mimpi saya, Batik Girl bisa dipasarkan di hotel-hotel maupun maskapai penerbangan Indonesia karena terus terang, tidak mudah menjual produk ini di negeri sendiri,” ujar wanita penyemat berbagai macam prestasi, salah satunya Young Southeast Asian Leadership Initiative dan Seeds of the Future Competition pada tahun 2014 lalu.
Wanita yang dinominasikan dalam ajang Kick Andy Heroes 2016 ini juga masih bergulat dengan kendala pendanaan. Menurut Lusia, selama ini CFIC lebih banyak dibantu pemerintah Amerika dan Australia. Karena memang, pihak bank di Indonesia menolak menggelontorkan dana bantuan dengan alasan sektor usaha tersebut berbasis sosial.
Kendati masalah pendanaan menjadi tantangan yang sulit, Lusia mengaku akan terus melakukan yang terbaik selagi masih diberi napas oleh Tuhan. Di usianya yang masih terbilang muda, ia telah mengalami banyak kegagalan. Semua mengajarkan bahwa ia harus menggunakan waktu yang ia miliki di dunia untuk banyak berbuat kebaikan.
“Saya yakin, jika kita baik dan bisa memberikan contoh kebaikan pada sekitar, maka perlahan dunia akan menjadi lebih baik. Saya sangat percaya akan kekuatan individu,” ujar pengagum Ibu Teresa dan Lady Diana ini.
Di samping pelayanan sosial, Lusia menjalani bisnis arang tempurung kelapa yang menjadi passion sekaligus sumber mata pencahariannya. Mengaku workaholic, Lusia tidak menganggap pekerjaannya sebagai beban. Baginya, bekerja dan beraktivitas sosial sama pentingnya, karena itu dia selalu tampil dressed up dan profesional saat menjalani dua bidang tersebut.
“Bekerja membuat saya bahagia. Dengan bekerja, saya bisa memaksimalkan potensi otak, talenta, semangat dan tenaga yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Saya juga bangga mengatakan bahwa pekerjaan utama saya adalah membantu orang dengan menciptakan lapangan pekerjaan buat mereka,” tegas Lusia.
Untuk mengimbangi kesibukannya, Lusia memastikan diri untuk membaca setiap hari, menonton film, dan rutin olahraga. Setiap pagi, selepas salat subuh, ia melakukan jogging dan tai chi. Seminggu sekali, ia senam aerobik dan berenang di sebuah hotel di Batam. Kegiatan ini ia manfaatkan tak hanya untuk berolahraga, tapi juga membangun jejaring.
“Saya sangat percaya bahwa kasih Tuhan itu luar biasa. Banyak keajaiban yang saya alami selama melakukan aktivitas sosial. Karena itu, melalui CFIC saya berusaha menginspirasi semua orang, bahwa kita bisa sukses jika kita mengenal potensi diri dengan baik dan mengenal Tuhan kita dengan baik,” tegasnya. (f)
Baca Juga:
“Mimpi saya, Batik Girl bisa dipasarkan di hotel-hotel maupun maskapai penerbangan Indonesia karena terus terang, tidak mudah menjual produk ini di negeri sendiri,” ujar wanita penyemat berbagai macam prestasi, salah satunya Young Southeast Asian Leadership Initiative dan Seeds of the Future Competition pada tahun 2014 lalu.
Wanita yang dinominasikan dalam ajang Kick Andy Heroes 2016 ini juga masih bergulat dengan kendala pendanaan. Menurut Lusia, selama ini CFIC lebih banyak dibantu pemerintah Amerika dan Australia. Karena memang, pihak bank di Indonesia menolak menggelontorkan dana bantuan dengan alasan sektor usaha tersebut berbasis sosial.
Kendati masalah pendanaan menjadi tantangan yang sulit, Lusia mengaku akan terus melakukan yang terbaik selagi masih diberi napas oleh Tuhan. Di usianya yang masih terbilang muda, ia telah mengalami banyak kegagalan. Semua mengajarkan bahwa ia harus menggunakan waktu yang ia miliki di dunia untuk banyak berbuat kebaikan.
“Saya yakin, jika kita baik dan bisa memberikan contoh kebaikan pada sekitar, maka perlahan dunia akan menjadi lebih baik. Saya sangat percaya akan kekuatan individu,” ujar pengagum Ibu Teresa dan Lady Diana ini.
Di samping pelayanan sosial, Lusia menjalani bisnis arang tempurung kelapa yang menjadi passion sekaligus sumber mata pencahariannya. Mengaku workaholic, Lusia tidak menganggap pekerjaannya sebagai beban. Baginya, bekerja dan beraktivitas sosial sama pentingnya, karena itu dia selalu tampil dressed up dan profesional saat menjalani dua bidang tersebut.
“Bekerja membuat saya bahagia. Dengan bekerja, saya bisa memaksimalkan potensi otak, talenta, semangat dan tenaga yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Saya juga bangga mengatakan bahwa pekerjaan utama saya adalah membantu orang dengan menciptakan lapangan pekerjaan buat mereka,” tegas Lusia.
Untuk mengimbangi kesibukannya, Lusia memastikan diri untuk membaca setiap hari, menonton film, dan rutin olahraga. Setiap pagi, selepas salat subuh, ia melakukan jogging dan tai chi. Seminggu sekali, ia senam aerobik dan berenang di sebuah hotel di Batam. Kegiatan ini ia manfaatkan tak hanya untuk berolahraga, tapi juga membangun jejaring.
“Saya sangat percaya bahwa kasih Tuhan itu luar biasa. Banyak keajaiban yang saya alami selama melakukan aktivitas sosial. Karena itu, melalui CFIC saya berusaha menginspirasi semua orang, bahwa kita bisa sukses jika kita mengenal potensi diri dengan baik dan mengenal Tuhan kita dengan baik,” tegasnya. (f)
Baca Juga:
- Tentang Passion, Sweet Bully dan Dokter Kulit Versi Ira Koesno
- Melissa Sunjaya, Berani Membisniskan Seni
- Firliana Purwanti, Menyuarakan Kesetaraan Gender Lewat Orgasme
Topic
#wanitahebat