Money
Raih Keuangan Bersinar dengan Menghentikan Kebiasaan Berutang

23 Feb 2017


Foto: Fotosearch

Menurut perencana keuangan Yosephine P. Tyas, S. Kom, MM, CFP®, utang merupakan penyakit keuangan nomor satu yang perlu menjadi perhatian Anda. Kebiasaan berutang makin menjadi jika Anda memiliki kartu kredit. Mungkin awalnya Anda berutang untuk membeli gadget, namun akhirnya berutang juga untuk mendapat diskon di tempat makan favorit, membeli tiket buy one get one, atau bahkan liburan. Yap, berutang terkadang bikin ketagihan!
           
Harus selalu diingat, kartu kredit digunakan pada saat Anda tidak membawa uang tunai, bukan saat tidak memilikinya. Jadi, jangan menganggap kartu kredit sebagai fasilitas berutang yang mudah digunakan. Selalu pastikan Anda dari awal sudah memiliki uang untuk membayar tagihannya.
           
Jika sudah terbiasa berutang, Anda kemungkinan besar nggak hanya berhenti pada kartu kredit. Anda bisa tergiur fasilitas kredit tanpa agunan (KTA) yang mudah didapatkan atau berutang kepada perusahaan. Semua dilakukan karena tidak adanya uang tunai atau tabungan.
           
Lalu bagaimana jika digunakan untuk membeli barang produktif? Menurut Yosephine, selama Anda berutang untuk membeli sesuatu yang nilainya naik seiring waktu atau bisa menghasilkan income, masih diperbolehkan. Namun yang perlu diperhatikan, tetap cek terlebih dahulu kemampuan membayar. Utang apa pun kalau tidak muali dicicil, tetap akan menjadi masalah keuangan yang serius.
 
Pada saat cicilan utang sudah di atas 35 persen dari penghasilan, keuangan Anda mulai memasuki tahap tidak sehat. Anda harus segera mencari solusi sebelum mengalami kebangkrutan karena nilai utang lebih besar dari aset yang dimiliki. (f)
 
Baca juga:
Memanfaatkan Pinjaman Lunak di Fasilitas Kantor
Infografis: Hanya Sebagian Kecil Karyawan yang Rutin Cek Saldo BPJS Ketenagakerjaan

Fanny Indriawati


Topic

#utang