Foto: Pexels
Dunia musik tanah air kembali berduka, maestro lagu-lagu campur sari yang belakangan jadi idola para milenial, Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020) pagi di Solo. Penyanyi yang mendapat julukan The Godfather of Broken Heart ini dikabarkan meninggal dunia akibat henti jantung.
Lantas apa yang dimaksud dengan henti jantung? Henti jantung atau Sudden Cardiac Arrest (SCA) adalah kondisi jantung berhenti bekerja dan berkontraksi sehingga tidak ada aliran darah yang cukup untuk menghidupi otot jantung dan organ vital lainnya.
Pada dasarnya, jantung dilengkapi dengan sistem listrik yang berfungsi untuk membangkitkan implus-implus yang menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung. Menurut dr. Ivan Noersyid, Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung Primaya Hospital Bekasi Timur Henti jantung dapat terjadi dalam kondisi jantung tidak bekerja namun masih terdapat aliran listrik.
“Hal tersebut dapat terjadi karena gangguan irama atau beberapa faktor lainnya. Jadi, kontraksi jantungnya bergetar saja namun jantung tidak memompa aliran darah,” ujar dr. Ivan.
Tidak semua pasien yang mengalami henti jantung akan meninggal dunia. Henti jantung harus melalui beberapa proses. Menurut dr. Ivan, tahapan henti jantung dimulai dari kematian otot-otot jantung.
“Setiap 4 menit, bagian-bagian otot jantung di dalam tubuh akan mengalami kematian. Semakin lama penanganan seseorang yang mengalami henti jantung, maka akan semakin banyak otot jantung yang mengalami kematian,” ujar dr. Ivan.
Jika seseorang mengalami henti jantung namun tidak dilakukan tindakan medis lebih lanjut, maka orang tersebut dapat mengalami kematian. “Pada intinya, pasien henti jantung masih dapat diselamatkan jika dilakukan evakuasi ke rumah sakit dalam waktu yang cepat. Semakin cepat Resusitasi Jantung Paru dilakukan akan semakin tinggi harapan hidup pasien,” ujar dr. Ivan.
Henti jantung tidak selalu disebabkan karena adanya riwayat penyakit jantung pada pasien. Pasien henti jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti diare yang berakibat pada kekurangan cairan, tension pneumothorax, dan berbagai riwayat penyakit lainnya.
Sebagai contoh, seseorang yang mengalami diare hingga pembuluh darah kekurangan cairan, maka pembuluh darah akan kekurangan oksigen sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal.
Sedangkan jika pasien mengalami tension pneumothorax, maka pasien akan mengalami kondisi dimana udara yang terkumpul pada rongga pleura tidak dapat keluar namun udara dari dinding dada dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut sehingga akan menekan paru-paru dan jantung.
Jika pasien telah ditemukan riwayat penyakit yang menyebabkan henti jantung, maka pasien tersebut akan diberikan treatment atau pengobatan definitif (utama) yang berbeda bergantung pada riwayat penyakitnya
Jika pasien henti jantung di diagnosis mengalami serangan jantung, maka pasien masih dapat dibantu melalui kateterisasi jantung. Jika pasien mengalami kekurangan cairan, maka pasien akan diberikan cairan agar jantung bisa bekerja.
“Semua penyebab henti jantung akan di evaluasi untuk diberikan tindakan medis yang tepat. Untuk pasien dengan riwayat penyakit jantung, diharapkan pasien tersebut tidak melakukan aktivitas atau olahraga berat agar terhindar dari henti jantung,” ujar dr. Ivan.
Terdapat dua kategori pasien dalam melakukan pencegahan henti jantung. Pertama untuk pasien preventif primer yaitu seseorang yang tidak memiliki gejala penyakit apapun tapi orang tersebut berusia lebih dari 40 tahun, memiliki faktor risiko seperti tensi tinggi, memiliki riwayat keturunan jantung, memiliki riwayat merokok dan meminum alkohol, atau riwayat yang berpotensi henti jantung lainnya. Untuk seseorang dengan kategori tersebut, sebaiknya dilakukan medical check up secara rutin dan melakukan pola hidup sehat.
Kedua adalah preventif sekunder dimana pasien tersebut sudah memiliki penyakit sebelumnya, seperti riwayat penyakit jantung, stroke, gula, dan sebagainya. Pasien dalam kategori ini harus melakukan pengobatan secara disiplin sesuai dengan anjuran dokter.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, pasien tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter terutama untuk penyakit yang memang harus segera ditangani atau diobati. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti telemedicine atau konsultasi dokter secara online.
“Intinya pasien harus mengikuti anjuran dokter dan rutin meminum obat untuk melakukan penyembuhan terhadap sebuah penyakit dan hindari stres berlebih,” ujar dr. Ivan Noersyid, Sp.JP.
Untuk menghindari henti jantung, lakukan pola hidup sehat dengan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol dan rutin berolahraga minimum 40 menit untuk membakar gula dan lemak. Hindari merokok, meminum alkohol, dan makan makanan tinggi gula. Lakukan pola tidur yang cukup minimal 8 jam dalam sehari. (f)
Baca Juga:
Didi Kempot, Musisi Campursari Idola Milenial
Agar Tidak Mudah Lemas dan Dehidrasi Saat Puasa
Telemedis, Alternatif Berobat Untuk Cegah Penularan Virus Corona
Faunda Liswijayanti
Topic
#hentijantung, #penyakitjantung