
Foto: Pixabay
Banyak wanita yang kaget mendapati perubahan bentuk badan mereka setelah melahirkan. Tak sedikit yang kemudian depresi, karena gagal mengembalikan berat dan bentuk tubuh ke kondisi seperti sebelum hamil. Pasalnya, banyak yang belum tahu bahwa sulit atau tidaknya kembali ke bobot awal (sebelum hamil), sangat tergantung pada seberapa rapi Anda mengatur pola diet dan aktivitas selama hamil, bahkan juga sebelum hamil. Tak hanya itu, kelebihan berat badan selama hamil juga memicu berbagai komplikasi kesehatan dan meningkatkan risiko berbahaya selama proses persalinan.
Mungkin, Anda sering berpikir, karena sedang hamil, maka Anda boleh makan apa saja dan jumlahnya harus dua kali lipat. “Kan, saya makan untuk dua orang,” begitu Anda beralasan. Salah besar! Yang benar, Anda justru harus lebih waspada mengatur pola makan selama hamil, bahkan –sebaiknya-- sejak sebelum hamil. Karena, setiap makanan dan minuman yang Anda konsumsi akan sangat memengaruhi proses peningkatan berat badan selama kehamilan. Terlalu sedikit ataupun terlalu banyak jumlah pertambahan bobot, sama-sama berbahaya bagi kesehatan Anda dan janin Anda.
Baca juga:
- Tetap Tampil Gaya Saat Hamil? Ini Padu Padan Busana Pilihan Editor Femina
- Berhubungan Seks Saat Hamil, Amankah?
Menurut ginekolog dr. Dewi Prabarini Soeharto, SpOG, overweight pregnancy dapat memicu terjadinya gangguan toleransi metabolisme glukosa. Kondisi ini selanjutnya dapat berkembang menjadi diabetes melitus. Yang mengkhawatirkan, diabetes yang terjadi pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin (kematangan organ janin terhambat), bahkan kematian janin dalam kandungan.
Selain itu, para ibu yang melahirkan bayi makrosomia, besar kemungkinan akan mengalami kesulitan persalinan, bahkan bisa terjadi kematian neonatal (bayi terlahir meninggal). Bobot ibu hamil yang berlebihan juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi selama persalinan, sehingga si ibu harus melahirkan dengan metode induksi atau operasi.
Gangguan kesehatan lain yang tak kalah serius, kata dr. Dewi, adalah varises (pelebaran pembuluh darah varicose vein). Pertumbuhan berlebihan dari si janin serta meningkatnya bobot badan ibu secara drastis akan memicu tekanan sangat berat terhadap rahim. Padahal, aliran darah selama hamil idealnya justru harus berjalan lebih lambat dari biasa, untuk memberi kesempatan yang cukup bagi jaringan tepi dalam menyerap berbagai zat gizi yang diperlukan ibu dan janin.
Lebih lanjut, ia menambahkan, meningkatnya tekanan dan derasnya aliran darah dalam pembuluh akan menghambat penyerapan zat gizi, terutama oksigen. Dalam banyak kasus, keadaan ini lantas berkembang menjadi ‘hipoksia’ (kondisi kekurangan oksigen). Akibatnya, pertumbuhan janin terhambat, bahkan bisa menyebabkan kematian janin.
Selain itu, tekanan darah tinggi (hipertensi) yang terjadi pada kehamilan biasanya akan disertai pembengkakan (udema) pada beberapa bagian anggota tubuh. Hipertensi juga dapat memicu terjadinya pre-eklampsia akibat kebocoran proteinura (protein di ginjal). Tandanya, terdapat protein positif dalam pemeriksaan urine. Jika kebocoran terjadi terlalu berat dan tak terkendali –sehingga menimbulkan kejang--maka disebut eklampsia.
Yang tak kalah mencemaskan, jika tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi, sehingga elastisitas pembuluh mencapai maksimal dan akhirnya pecah. Akibatnya, bisa timbul perdarahan pada rahim.
“Yang paling berbahaya adalah jika terjadi hipertensi maligna, yaitu tekanan terlalu tinggi pada pembuluh darah otak kecil sehingga pembuluh tersebut pecah. Kondisi ini dapat menimbulkan stroke. Jika perdarahan terjadi pada lobus otak yang mengatur kerja saraf motorik, maka bisa terjadi kelumpuhan. Jika perdarahan terjadi pada batang otak yang mengatur pernapasan, bisa mengakibatkan kematian,” papar dr. Dewi. Uh, seram, ‘kan?
Agar terhindar dari kemungkinan komplikasi penyakit seperti di atas, dr. Dewi menyarankan Anda untuk menjaga tingkat kenaikan bobot badan ideal selama kehamilan. Kisarannya antara 9 – 18 kg, berlaku untuk semua kondisi kehamilan. Ia juga menyarankan agar Anda menyesuaikan berat badan agar mendekati normal terlebih dahulu sebelum merencanakan kehamilan. Dengan begitu, pengaturan diet dan olahraga akan menjadi lebih mudah. (f)
Topic
#hamil