Foto: Freepik
Sejak terdeteksi pada akhir tahun lalu di Wuhan, Cina, virus Corona baru atau COVID-19 masih terus diteliti oleh para peneliti dunia. Dalam perkembangannya, banyak hal baru yang ditemukan seiring pandemi ini masih terus berlangsung di seluruh dunia.
Belakangan yang menjadi perhatian dan banyak dialami oleh pasien virus COVID-19 adalah happy hypoxia. Para ahli paru menganggap kondisi ini cukup mengkhawatirkan dan membahayakan nyawa pasien positif COVID-19.
Hypoxia atau Hipoksia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan pasokan oksigen di sel dan jaringan, untuk menjalankan fungsi normalnya. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu fungsi berbagai organ tubuh, seperti otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat. Kondisi hypoxia bisa membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan berupa sesak napas atau dispnea.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipoksia, di antaranya kelainan jantung, gangguan fungsi paru-paru, misalnya asma, emfisema, bronkitis, kanker paru-paru, dan pneumonia, sleep apnea, dan anemia.
Studi terbaru dari Loyola University Health System mengungkap pengidap COVID-19 yang mengalami gejala hipoksia ini masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas. Hingga disebut sebagai Happy hypoxia.
Happy Hypoxia disebut juga silent hypoxia adalah sebuah kondisi ketika tubuh tidak merasakan gejala seperti sesak napas, tapi jika kadar oksigen dalam jaringan diperiksa, akan didapati hasil yang sangat rendah. Untuk diketahui, konsentrasi oksigen dalam jaringan yang normal dengan pemeriksaan menggunakan pulse oksimetri adalah 95-100 persen. Di bawah nilai tersebut berarti oksigen di dalam tubuh rendah.
Gejala hipoksia sangat berbahaya, karena tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai. Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati. Hal tersebut dapat mengancam jiwa.
COVID-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit ini dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien COVID-19 di Indonesia.
Baca Selanjutnya:
Faunda Liswijayanti
Topic
#IngatPesanIbu, #3M, #satgas, #corona, #covid-19