Fiction
Gado-gado : Kebaya

24 Dec 2018


Foto: Shutterstock
 
Aku menghadiri pesta pernikahan teman satu kantor. Terpaksa ke bagian tempat duduk agak belakang karena terlambat.
 
Upacara pemberkatan di gereja itu berlangsung khidmat. Namun, mataku tidak bisa fokus pada kedua mempelai di depan altar. Seorang ibu bersama anak perempuannya yang masih kecil malah mencuri perhatianku sejak beberapa menit lalu.
 
Ibu itu mengenakan kebaya putih, rok span hijau lumut, kalung manic-manik, high heels, rambut disasak, dengan riasan wajah yang… terlalu menor menurutku. Anak perempuan kecilnya juga berkebaya dengan corak sama, demikian juga model rambut, rok, dan make-up. Mini me!
 
Aku tebak umur anak itu sekitar lima tahun. Tak habis pikir, mengapa sang ibu ‘tega’ menyulap putrid kecilnya menjadi perempuan dewasa. Tampak si anak tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya, walaupun dengan manis ia berusaha duduk tenang.

Sementara sang ibu duduk setegak-tegaknya, mungkin karena ikatan korset di pinggang yang membuatnya tak bisa bebas bergerak.

Beberapa menit kemudian si anak mulai gelisah. Tangannya menggaruk seluruh badan. Mungkin juga gatal karena keringat.

"Jangan garuk lagi, nanti bajumu kusut, jadi jelek saat berfoto dengan Kak Meri,” kata ibunya sedikit membentak, dengan mata melotot. Si anak langsung diam. Kak Meri yang dimaksud adalah mempelai wanita teman sekantorku itu.
 
“Badanku gatal-gatal, Ma!”
 
Anak itu terus menggaruk. Si ibu membantu hilangkan rasa gatal dengan mengusap-usap punggung anaknya.
 
“Masih gatal, Ma! Aku enggak suka pakai baju ini,” ia merengek..Barangkali bahan dari kebaya mini itu menggores kulitnya dan menyebabkan gatal.
 
Banyak orang dewasa lupa bahwa dunia anak berbeda dengan dunia dewasa dan kita tidak bisa memaksakan anak untuk bersikap layaknya orang dewasa. Belum waktunya. Sebagai contoh, ibu yang di sebelahku ini.

Anak perempuannya tidak suka memakai kebaya mini itu. Aku dengar sendiri dari gerutuan dan keluh kesahnya. Tapi, ia tidak berdaya.

“Sudah Mama peringatkan jangan digaruk.” Si ibu menguncang tubuh anaknya. Ia tampak marah, karena si anak makin rewel dan tidak patuh.

Rambutnya yang disasak kini acak-acakan kena garuk juga. Makeup- nya luntur dipenuhi air mata. Sungguh kasihan….
 
Si ibu menarik anaknya ke luar gereja karena suara tangisnya makin keras. Sampai acara pemberkatan selesai, ibu dan anak itu belum muncul juga. Gagal sudah tampil cantik di depan kamera bersama kedua mempelai.
 
***
Dody Wardy Manalu - Sosorgadong, Tapanuli Tengah. Sumatra Utara
 
Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi.
Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirim melalui e-mail: kontak@femina.co.id atau pos, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado
 
 


Topic

#gadogado, #fiksi

 


MORE ARTICLE