
Foto: Dok. Sapto Djojokartiko
Situasi pembatasan sosial yang seakan tak jelas kapan berakhirnya ini ternyata menjadi berkah bagi perancang mode Sapto Djojokartiko. Perancang yang dikenal lewat karya-karya sarat detail dan feminin ini justru merasa ‘masa tenang’ ini mmbuatnya bisa punya waktu leluasa untuk menyelami diri dan menilik lagi proses kreasi yang telah lama tak dilakukannya.
Berkarya harus terus terlaksana. Itupula yang dilakukan Sapto Djojokartiko dalam mempersiapkan presentasi koleksi terbarunya untuk musim semi dan panas tahun 2021. Refleksi diri membawa Sapto Djojokartiko menyelami koleksi buku sejarah miliknya, diantaranya, sebuah buku tentang sabung ayam karya Arch Ruport, ‘The Art of Cockfighting: A Handbook for Beginners and Old Timers’ yang menyisakan kesan mendalam bagi lulusan ESMOD Jakarta ini.
Sabung ayam meski dibaliknya tersirat adanya unsur ekonomi, hiburan, sosial, dan simbol kehormatan, pada hakekatnya berakar pada ritual agama Hindu di tanah air. Kini sabung ayam masih dilakukan sebatas untuk keperluan upacara keagamaan Tabuh Rah di Bali, sementara kegiatan sabung ayam ‘Tajen’ dinyatakan sebagai hiburan terlarang di Indonesia karena mengandung unsur judi dan kekerasan terhadap hewan sebagai bentuk hiburan di baliknya.
Sapto merefleksikan sabung ayam ini sebagai situasi dimana masyarakat terpaksa mengurung diri, keluar dari kungkungan sosial untuk bertarung di ruang publik, hingga akhirnya hanya yang bertahan dapat kembali lagi ke kurungan. Alegori sabung ayam seakan menjadi sebuah gambaran yang ironis, puitis, sekaligus romantis di mata perancang asal kota Solo, Jawa Tengah ini.
Anyaman kurungan ayam serta sosok ayam jago petarung pun disematkan Sapto Djojokartiko dalam bentuk sulaman abstrak seakan guratan cat pada lukisan ekpresionis sabung ayam karya Affandi yang dipadukan dengan motif anyaman tambal sulam (cross stiching) pada bahan organza.
Memilih pola desain yang lebih dinamis dan nyaman dikenakan seharian di rumah, sisi praktikal dan fungsional merupakan pendekatan yang diambil tim Sapto. tak hanya pada busana, namun juga pada aksesori seperti dompet bersulam, tas selempang, selendang berbulu, tas maxi, sandal, selop dengan anyaman, hingga anting makrame bergaya barok.
Rona warna nude yang dikombinasikan dengan warna plum, fuschia, dan terracotta, pink, dan coral yang elegan untuk musim panas mendatang. Untuk Anda yang berani, nuansa warna merah pun turut dituangkan pada beberapa potong busana yang menggunakan permainan material lace sarat detail etnik kontemporer, khas Sapto Djojokartiko.
Di masa pandemi ini, Sapto menahan keinginannya untuk melakukan presentasi busana secara fisik. Sapto Djojokartiko memilih media presentasi visual garapan Reuben Torino dan Shadtoto Prasetio yang direkam di area Taman Sari Jogjakarta untuk total koleksi 14 busana wanita dan 6 busana pria siap pakai.
“Di masa-masa tersulit sekalipun, jangan pernah membiarkan pikiran Anda mengalahkan Anda. Roda akan selalu berputar, jaga kreativitas tetap hidup karena tanpa itu tidak akan ada yang berarti di dalam hidup ini. ” tutup Sapto Djojokartiko.
Film pendek koleksi musim semi dan panas 2021 Sapto Djojokartiko dapat Anda tonton pada kanal Youtube Sapto Djojokartiko dan situs resmi saptodjojokartiko.com. (f)
Baca Juga
Milan Fashion Week 2021: Saat Front-Rowers Menjadi Boneka Marionette
Pengganti Karl Lagerfeld di Fendi
Topic
#ModeFemina, #SaptoDjojokartiko, #SpringSummer2021, #ShowVirtual