Foto: Dok. Danone
Satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia (Riskesdas 2018), di mana 50-60% kejadian anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi (Grantham-McGregor S, 2010). Fakta ini terungkap dalam webinar bersama Danone Specialized Nutrition bertajuk “Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” pada pertengahan Desember lalu.
Kekurangan zat besi adalah kondisi ketika kadar ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian. Sebagai bagian dari hemoglobin, fungsi utama zat besi adalah mengantarkan oksigen dari paru-paru untuk digunakan oleh bagian dalam tubuh anak. Tanpa zat besi, organ-organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak baik secara kognitif, fisik, hingga sosial.
Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, zat besi memiliki peran penting pada tumbuh kembang anak, terutama di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak. Asupan zat besi yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak sehingga dalam jangka panjang, dapat berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak.
“Salah satu penyebab utama terjadinya kekurangan zat besi adalah kurangnya konsumsi asupan makanan kaya zat besi, terutama dari sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, dan ayam. Jika tidak ditangani, gangguan ini bisa jadi permanen,” ungkap dr Nurul.
Ketika balita memasuki usia ena bulan, kebutuhan gizinya meningkat seiring perkembangan otak dan pertumbuhan anak yang cepat. Sayangnya, menurut dr Nurul ada kecenderungan anak usia ini justru mudah mengalami kekurangan zat besi. Penyebabnya beragam, seperti orang tua terlambat memperkenalkan MPASI pada anak, kurangnya asupan protein karena orang tua cenderung menahan anak balita untuk mengonsumsi daging merah di usia belita, selain itu ada kecenderungan juga anak tidak suka makan daging karena faktor sulit dikunyah.
Penyebab lainnya adalah orang tua tidak patuh memberikan anak-anaknya suplemen penambah zat besi serta penyerapan zat besi yang tidak optimal karena kurangnya nutrisi yang dapat mengabsorbsi zat besi secara maksimal seperti protein, vitamin C, B6, dan B12, asam folat, mineral kuprum, serta seng.
Lantas bagaimana mendeteksi anemia pada anak? Menurut dr Nurul, yang perlu dilakukan orang tua adalah memperhatikan kebiasaan anak. Jika anak memiliki keluhan cepat pusing, lelah dan pucat segeralah lakukan pengecekan ke dokter dan laboratorium untuk melakukan pengecekan HB. Selain itu, anak yang memiliki kebiasaan mengunyah benda-benda tertentu yang tidak umum dikonsumsi manusia atau disebut dengan istilah pika juga menjadi tanda seorang anak mengalami gangguan anemia.
Oleh karena itu orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang pentingnya zat besi di masa pertumbuhan anak. Berikan makanan kaya zat besi seperti hati sapi dan hati ayam, daging sapi dan kambing, kuning telur, daging unggas (ayam, bebek), ikan, serta udang dan tiram.
Untuk membantu para orang tua mendapatkan informasi tepat tentang pentingnya zat besi di masa pertumbuhan anak dan tip bagaimana menyiapkan menu makanan kaya akan zat besi untuk anak, Danone Specialization Nutrition Indonesia menyediakan paltform daring, www.generasimaju.co.id. Lewat platform daring ini orang tua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada anak melalui fitur khusus. Orang tua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan bagaimana cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips untuk mendukung anak menjadi Anak Generasi Maju.
“Fitur ini diharapkan dapat membantu orang tua mendeteksi kekurangan zat besi pada anak sejak dini dan bagaimana stimulasi yang perlu dilakukan agar dapat mendukung mereka menjadi generasi maju,” ungkap Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin. (f)
Baca Juga:
4 Langkah Cegah Obesitas Pada Anak Di Masa Pandemi
Cara Mengenali Tanda-Tanda Trauma Pada Anak Karena COVID-19
Apakah Orang Tua Perlu Intervensi Ketika Kakak Adik Bertengkar?
Faunda Liswijayanti
Topic
#anak, #anemia, #penyakitanak