Foto: Pixabay.com
Meski tidak diwajibkan berpuasa di bulan Ramadan, seorang anak perlu mengenal dan belajar sejak dini agar terbiasa berpuasa. Namun, sebelum mengajarkan anak berpuasa, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal agar anak tetap sehat selama puasa.
Menurut dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik, RS Pondok Indah - Pondok Indah, pada dasarnya berpuasa mengubah kondisi tubuh seseorang, begitu pula pada anak-anak. Setelah berpuasa 6 jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah.
Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi. Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut.
Semakin kecil usia seorang anak, cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Itu sebabnya, bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh.
“Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa. Selain itu kelompok usia ini juga lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah,” ungkap dr. Cut Nurul.
Saran dr. Cut Nurul, orang tua bisa mulai mengajarkan anak berpuasa ketika usia di atas 7 tahun. Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui. Bila anak sudah lebih besar, ketika memasuki usia remaja, risiko hipoglikemia akan semakin berkurang.
“Mereka sudah lebih mampu menahan lapar dan haus,” ungkap dr. Cut Nurul. Penelitian di Qatar juga menunjukkan performa akademik anak berusia 12 tahun yang sedang berpuasa juga cukup baik.
Berikut beberapa langkah mengajarkan anak untuk berpuasa sehat, saran dr. Cut Nurul:
1/ Mulai ajarkan anak berpuasa dari makanan padat terlebih dahulu. Izinkan anak tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas.
2/ Ajak anak berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang. Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan.
3/ Selanjutnya Anda dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam.
4/ Seorang anak masih perlu tumbuh dan berkembang sehingga harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup saat berpuasa. Pastikan anak mendapat makanan bergizi saat sahur dan berbuka, yaitu makanan yang mengandung makronutrien (makanan utama) dan mikronutrien (makanan yang mengandung vitamin dan mineral) yang dibutuhkan oleh tubuh.
5/ Berikan makanan yang mengenyangkan pada saat sahur yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak. Hindari memberikan makanan yang mengandung gula sederhana, seperti makanan ringan yang manis.
6/ Anda dapat memberikan susu yang merupakan sumber zat gizi yang lengkap untuk anak pada saat sahur dan berbuka.
7/ Jangan lupa semangati mereka dan ucapkan kata-kata pujian ketika sedang berpuasa dan berhasil menahan lapar dan haus.
8/ Awasi tanda bahaya dehidrasi dan hipoglikemia. Segera sudahi berpuasa bila anak tidak sanggup melanjutkan. Pada saatnya, perlahan tapi pasti, anak Anda akan terbiasa berpuasa Ramadan.
Selamat berpuasa Ramadan bagi Anda dan keluarga! (f)
Baca Juga:
Es Podeng, Pasti Disuka Untuk Berbuka
Imunitas Tubuh Selama Puasa dan Risiko Terjangkit COVID19
Ini Makanan Sehat untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh Selama Puasa
Faunda Liswijayanti
Topic
#puasaramadan, #anak