
Foto: Previan Pangalila
Sempat Berpisah
Saat ditemui di rumahnya di daerah Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Dea dan Ariel menyambut femina mengenakan sweater Kenzo bermodel kembar. Dea memakai warna abu-abu, sementara Ariel warna hitam. Rupanya, sweater itu mereka beli di Paris beberapa waktu lalu. “Saya yang beli duluan. Karena kelihatan keren, Ariel memaksa untuk kembali ke toko dan membeli baju yang sama!” kenang Dea, tergelak.
Di sela-sela jadwal yang begitu sibuk --Dea dengan syuting film dan Ariel manggung atau rekaman-- keduanya selalu berusaha meluangkan waktu untuk traveling. “Kalau Nidji mendapat waktu libur, saya minta izin dari manajemen untuk libur juga. Kalau tidak begitu, kapan lagi kami bisa jalan-jalan berdua?” aku Dea, yang juga ikut kalau band suaminya harus menghadiri acara di luar negeri.
Diakui Dea, dirinya sudah menjadi penggemar Nidji sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Waktu itu, Nidji baru populer di kalangan sekolah-sekolah dan Dea masih aktif menyanyi. Namun, meski beberapa kali berada dalam acara dan kesempatan yang sama, keduanya tidak langsung saling mengenal. Hingga suatu hari Dea dan Ariel berada dalam sebuah studio, di mana mereka melakukan rekaman terpisah.
Suatu kali, karena Dea tidak ada yang mengantar pulang, salah satu teman mereka mengusulkan supaya Ariel saja yang mengantar. Masih segar di ingatan keduanya, betapa canggung situasi di dalam mobil Ariel saat itu. Namun rupanya, ‘es’ di antara mereka cepat mencair. Lama kelamaan, Ariel jadi ‘langganan’ mengantar dan menemani teman wanitanya yang ceriwis itu, meskipun ia jadi terlihat seperti kru panggung Dea. Berhubung Ariel sering juga sekalian diminta membantu persiapan Dea manggung.
“Entah mengapa saya menurut saja ketika diminta mengantar ke sini dan menemani ke sana. Sepertinya saya memang sudah memendam perasaan suka pada Dea,” aku Ariel, yang ternyata dulunya sempat sebal tiap kali melihat Dea mengoceh di layar televisi. “Ternyata, setelah kenal langsung, anaknya asyik,” tambahnya, tersenyum.
Namun apa mau dikata, waktu itu mereka belum berjodoh. Keduanya makin tenggelam dalam pekerjaan, terutama karena Nidji makin naik daun di dunia musik tanah air.
Setelah sekitar 2 tahun mereka kehilangan kontak, suatu hari tanpa sengaja Dea bertemu Giring di sebuah tempat makan. Tanpa basa-basi, vokalis Nidji itu langsung menghampiri Dea dan mengucapkan terima kasih. “Berkat Dea, Nidji jadi ngetop. Lagu Hapus Aku itu kan buat kamu!” cerita Dea, menirukan Giring.
Mendengar hal itu tentu saja Dea terkejut. “Sejak saat itu, tiap kali lagu itu diputar, saya selalu bilang ke teman-teman, ini lagu tentang saya, lho!” kelakar Dea. Meski merasa tersanjung, Dea sempat juga tersinggung. Pasalnya, lirik lagu itu berisi tentang penolakan cinta.
Dengan tersenyum malu, Ariel lalu berusaha menjelaskan. Salah satu lagu yang membawa Nidji ke puncak popularitas itu ia tulis bersama Giring, saat ia dan Dea sedang hilang kontak. “Sebetulnya lirik itu tidak seratus persen tentang Dea. Idenya memang berangkat dari rasa kehilangan, tapi selebihnya saya dramatisasi. Kebanyakan lagu kan memang dibuat lebih dramatis dari kenyataannya,” kata Ariel, membela diri.
Penasaran dengan kabar pria yang ia kagumi itu, Dea mencari tahu nomor telepon Ariel yang baru. Rupanya, saat itu keduanya sama-sama sedang menjalani hubungan yang diambang kehancuran. Kembali bertemu setelah sekian lama, mereka baru menyadari sesuatu. “Rupanya dulu itu kami masih terlalu lugu untuk menyadari bahwa sebetulnya kami saling menyukai,” ujar Dea, sambil melempar senyum pada suaminya.
Dua ‘Kutub’ yang Berbeda
Sambil duduk santai di kitchen bar rumah mereka yang chic dan homey, Ariel bercerita tentang kepribadian Dea yang begitu bertolak belakang dengannya. Misalnya, saat traveling, Ariel memilih untuk bersantai-santai di hotel. Sementara Dea yang ingin pergi ke sana kemari, harus menyeret suaminya dengan susah payah.
Belum lagi, Dea begitu ekspresif dalam mengungkapkan isi hatinya, sementara Ariel lebih kalem dan berekspresi lempeng. “Dea itu orangnya bubbly, ceria. Jadi saya terbawa-bawa juga. Sebelumnya saya malas bergaul dan cenderung antisosial. Begitu bergaul dengan Dea, saya jadi lebih sosial,” aku Ariel.
Toh, menurut Dea, justru sikap Ariel yang kalem itulah yang berhasil memenangkan hati ibunda Dea. Ia masih ingat ketika mengumumkan pada keluarganya bahwa ia berpacaran dengan gitaris Nidji. “Saya menunjukkan Ariel di foto Nidji di sebuah surat kabar. Keluarga saya langsung setuju. Malah om saya bilang, Ariel yang paling tampan dari semua anggota Nidji,” kisah Dea, tertawa. Hanya 6 bulan berpacaran resmi, keduanya langsung sepakat untuk menikah.
Meski berbeda keyakinan, keduanya tidak mengalami kesulitan untuk menyatukan keluarga mereka. “Kami sama-sama merayakan Natal dan Lebaran di rumah. Indah, ‘kan?” ungkap Dea.
Setelah menikahi wanita idamannya itu, Ariel mengaku ada hal-hal baru yang memerlukan adaptasi. Awalnya, ia merasa sebagai suami harus mengambil tanggung jawab penuh untuk mengurusi segala urusan rumah tangga, dari soal membayar tagihan sampai urusan mencuci baju. Tapi, lama-kelamaan ia menyadari bahwa Dea pun perlu belajar untuk bisa survive sendiri saat Ariel tidak di rumah.
Sementara Dea, begitu menyandang status sebagai istri, justru seperti menemukan kebebasan. Dengan masa kecil dan remaja yang diisi dengan bekerja, setelah menikah tiba-tiba saja Dea merasa lebih punya waktu untuk menikmati hidup. Selama beberapa tahun ia pun undur dari dunia hiburan. Hingga sekitar 2 tahun lalu ia kembali berkarya dengan membintangi sejumlah film dan FTV.
Berhubung belum dikaruniai momongan, kini keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Ariel sedang sibuk di dapur rekaman untuk album Nidji selanjutnya, sementara Dea baru saja merampungkan syuting film di mana ia berperan sebagai seorang cancer survivor, dan kini sedang mengembangkan konsep untuk single lagu terbaru. Ditanya soal kolaborasi cinta, keduanya tidak menutup kemungkinan. “Kita lihat saja nanti,” tutup Dea, tersenyum penuh arti.(f)
Topic
#kisahcinta