BizNews
Tip Wirausaha: Tambah Variasi Produk untuk Menyelamatkan ‘Cashflow’ Usaha

26 May 2020


Foto: Shutterstock


Sejalan dengan penutupan tempat-tempat wisata dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai propinsi dan kabupaten/kota, jumlah wisatawan pun terus menurun yang berdampak pada industri oleh-oleh atau souvenir di destinasi wisata.
 
Sebut saja jaringan pasar oleh-oleh dan barang kerajinan yang berkantor pusat di Bali, Krisna Group akhirnya merumahkan 1.200 orang karyawannya sebagai imbas COVID-19, seperti dikutip dari www.beritasatu.com.
 
Tujuh outlet Krisna yang tersebar di Bali, Surabaya, dan Jakarta sudah ditutup sejak Maret lalu. Selain jumlah pengunjung yang terus merosot di tengah pandemi COVID-19, pihak perusahaan juga berusaha untuk mengikuti himbauan pemerintah demi keselamatan para karyawan yang bekerja.
 
Imbas COVID-19 ini juga ikut dirasakan oleh Wieke Anggarini, pemilik usaha Tahu Petis Yudhistira yang berpusat di Semarang. Beberapa outlet miliknya di kawasan Jabodetabek, terutama yang berada di mal harus tutup karena mematuhi anjuran pemerintah.
 
Namun, COVID-19 tidak menjadi penghalang bagi Wieke untuk menjaga agar nilai penjualan tetap tinggi dengan mamaksimalkan outlet yang masih buka. Dengan cepat ia beradaptasi pada perubahan perilaku konsumen dari offline ke online. Bahkan bila dibandingkan dengan masa ramadan tahun lalu, nilai penjualan tahun ini lebih tinggi sekitar 20-25 persen.
 
“Sebelum COVID-19, saya memang sudah melakukan antisipasi seperti menutup outlet yang tidak perform dan budget operasionalnya, saya alihkan untuk biaya marketing. Melakukan promosi lewat media sosial, marketplace, dan membayar endorser,” kata Wieke dalam acara talkshow virtual #WanwirSeries Bisnis Makanan Saat Ramadan - Trik Cepat Beradaptasi & Ciptakan Sales yang digelar femina dan tayang di Facebook Live Wanita Wirausaha Femina beberapa waktu lalu.  
 
Ia menambahkan, selama masa COVID-19, pihaknya membuat campaign yang meyakinkan konsumen bahwa produknya benar-benar higienis. Diproduksi, dikemas dan disajikan dengan mematuhi protokol kesehatan.
 
Brand utama usaha saya tahu petis. Namun, saya juga menjual lumpia Semarang, frozen food berupa tahu walik dan bakso. Serta kopi siap minum dalam kemasan botol,” ungkapnya.
 
Di masa COVID-19 sempat merencanakan sebuah inovasi seperti menjual paket tahu petis dengan handsanitizer. Tapi, karena ia rasa kurang pas, maka awal April 2020 ia memutuskan untuk menambah variasi produk dengan membuat mpon-mpon, minuman sehat yang terbuat dari jahe, temulawak, kunyit, sereh, kayu manis, dan asam jawa.
 
“Permintaan minuman baru ini lumayan tinggi. Kami sudah berkali-kali melakukan produksi sejak pertama kali diluncurkan,” tutur Wieke.  
 
Sementara itu, pengamat konsumen & pakar marketing, Yuswohady dalam Webinar - Covid-19 Kill Everything: The Fall and The Rise by Inventure Knowledge beberapa waktu lalu mengatakan bahwa selama masa COVID-19 ini, menambah variasi produk berupa frozen food, snack, sayuran dan produk lain untuk kebutuhan sehari-hari merupakan salah satu langkah tepat agar usaha tertap berjalan dan bertahan.
 
“Inovasi seperti ini dapat diadaptasi oleh brand yang lain demi tetap menyelamatkan cashflow dan menjadi diversifikasi (penganekaragaman) produk di masa next normal atau setelah COVID-19 ini sudah berakhir nanti,” kata Yuswohady. (f)


Baca Juga:
‘Creative Marketing’ Bantu Dongkrak Penjualan Menjelang Lebaran di Masa COVID19
Facebook Kenalkan Inisitif Baru untuk Dukung Komunitas Bisnis di Tengah Pandemi COVID19
5 Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Pebisnis Kuliner Pemula


 


Topic

#bisnis, #wanwirfemina