
O’om menceritakan sejarah Oasis dengan antusias, walau ini sudah kesekian kali ia berhadapan dengan femina yang umurnya hampir sama. “Tahun 1928, Oasis merupakan kediaman E. Branderburg van Olstende, miliuner pemilik perkebunan kina, karet, dan teh. Setelah Perang Dunia II, berganti menjadi kediaman pejabat Angkatan Laut Amerika,” urai O’om. Lantai keramik hitam-putih dan chandelier Austria di dalam rumah kerap menjadi setting mewah pesta dansa mereka.
Selepas itu, rumah kuno ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Hotel Indonesia lantas kerap menginapkan sementara tamu-tamunya di sini karena kehabisan kamar. Berdasarkan pertimbangan manajemen hotel, hunian ini kemudian dialihfungsikan menjadi restoran bernama Oasis. Di kala itu, tak ada resto yang sanggup merepresentasikan makanan Indonesia dalam ambience semewah rumah ini.
Gaya makan Risjtaffel yang pernah diperkenalkan di Hotel Savoy Homman, Bandung, dan Hotel Des Indes, Jakarta, dipopulerkan kembali tahun 1979 oleh Oasis. Penentuan 17 elemen hidangan dalam satu set Risjtaffel begitu seru. Tak mudah mencari rasa dan warna makanan yang saling harmoni, dan dalam 6 set menu pula!
Tak hanya petinggi lokal, Presiden Amerika Serikat kala itu, Bill Clinton, dan istri, juga pernah menjadi tamu yang menikmati menu Risjtaffel di resto ini . Dan, seperti tamu lainnya, ia terkesan oleh 12 wanita berkebaya yang berbaris membawa nasi dan lauk–pauk.
Risjtaffel kini dibina oleh Landawati Setionegoro, wanita yang dulunya pebisnis katering menu Nusantara. Ragam satai menjadi salah satu menu yang selalu dicari-cari tamu. Sementara itu, menu Barat baru-baru ini ditangani Nobuyuki Ishida, berkat pengalaman mengepalai resto Italia di Jepang.
Alamat: Jl. Raden Saleh No.47 (021-3150646)