
Sistem imunitas diukur melalui kadar immunoglobulin A (IgA). IgA adalah antigen yang terdapat pada air liur dan selaput lendir, dan merupakan garda pertama yang melawan demam dan flu. Peran penting IgA adalah menghambat pathogen masuk ke dalam tubuh, lalu memanggil sistem imun untuk memusnahkannya.
Orang yang melakukan aktivitas seksual, memiliki kadar IgA yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Alasannya, orang yang aktif secara seksual memiliki risiko terpapar kuman lebih tinggi dibanding yang tidak. Misalnya lewat sentuhan, ciuman, dan lainnya. Saat itulah imunitas mereka merespon masuknya kuman dengan memproduksi dan melepas lebih banyak IgA dibanding mereka yang sexually in-active. Hasilnya, orang yang aktif secara seksual ini, lebih jarang terkena flu dan demam.
Sampai sekarang, hubungan antara aktivitas seksual dan dampak positifnya pada tubuh masih terus diteliti. Salah satu penelitinya adalah Prof. James Couch, ahli saraf dari Oklahoma Health Sciences Center, Amerika Serikat. Couch bertanya kepada 84 pasien wanita yang memiliki penyakit migrain. Hasilnya, 61% dari mereka yang pernah berhubungan seks ketika migrain menyerang, merasa sakitnya berkurang. Hasilnya memang tidak 100%. Tapi, kalau dokter mengatakan, bercinta bisa menyembuhkan, tak ada salahnya dicoba, ‘kan?
Prof. Dr. FX Arif Adimoelja, MD, PhD, FSS (Be), SpAnd dari Eterna Medica Clinic, Surabaya, tidak sepenuhnya sependapat. Menurut Prof. Arif, penelitian-penelitian tentang hubungan aktivitas seks dan manfaat ‘penyembuhan’ tersebut hanya sebagai common sense ilmiah. Namun ia membenarkan bahwa jika secara emosional aktivitas fisik (seks) berlangsung sampai terjadi kepuasan lahir-batin (tercapainya orgasme) dan kepuasan fisik-psikologis, dengan sendirinya akan menyebabkan bertambahnya beberapa produksi hormonal, misalnya testosteron. Hasilnya, stamina pun meningkat. “Sama seperti aktivitas olah raga yang dilakukan dengan senang hati tanpa tekanan,” katanya. (f)