Foto: Google
Teresa merupakan musikus Tiongkok yang populer pada era 1970 dan 1980. Ia juga dikenal sebagai salah satu dari Lima Diva Asia Terhebat. Lagu-lagunya yang terkenal di antaranya, When Will You Return? (He Zi Jun Hui Lai), Wishing We Last Forever (Dan Yuan Ren Chang Jiu), Sweet Like Honey (Tian Mi Mi), and Lover’s Care (Qing Ren De Guan Huai).
Seistimewa apa sosok Teresa bagi Taiwan? Teng tak hanya bersuara merdu, tapi juga mumpuni soal bahasa. Ia bisa bernyanyi dalam bahasa Mandarin, Kanton, dan dialek Hokkien. Musiknya menggabungkan unsur folk tradisional dengan jazz dan pop. Dan ternyata, Teng juga menyanyi dalam bahasa Inggris, Jepang, dan Bahasa Indonesia.
Lagu-lagu Teresa dikritisi oleh Partai Komunis sebagai terlalu borjuis, menurunkan moral, dan mengandung konten pornografi. Terlepas dari kontroversi tentang pandangan pribadi dan musiknya, ia beberapa kali diundang untuk tampil di Daratan Tiongkok. Tawaran ini selalu ia tolak. Ia baru bersedia tampil di Tiongkok jika komunisme sudah jatuh.
Pandangan politik Teresa sangat dipengaruhi latar belakangnya sebagai putri sang ayah yang berasal dari kalangan militer. Orang tuanya pindah ke Taiwan setelah komunis memenangi perang sipil di tahun 1949. Teresa secara terbuka turut mendukung kalangan militer Taiwan dan demonstrasi mahasiswa di Tiananmen Square pada tahun 1989, namun, hal itu tidak menurunkan popularitasnya di Tiongkok.
Popularitas Teresa di Tiongkok didongkrak oleh penjualan kaset albumnya di pasar gelap. Begitu larangan sensor berubah, angka penjualan album musiknya langsung meningkat. Pengaruh Teresa di Tiongkok kerap dibandingkan publik dengan pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping , juga karena nama belakang mereka.
Ini salah satu lagu Teresa yang paling populer:
Lagunya Airport dan Empty Harbour mengantarkannya pada ketenaran di Jepang. Menurut Nippon.com, Teresa telah menjembatani budaya Jepang dan Tiongkok dengan dengan turut membawakan musik pop Jepang, kayokyoku dalam bahasa Tiongkok. Ia juga bekerja sama secara serius dengan para penulis lirik lagu dan produser untuk memahami lirik lagu yang ia nyanyikan dalam bahasa Jepang.
Teresa wafat di usia 42 tahun pada tahun 1995 karena mengalami serangan asma akut saat ia sedang berlibur di Chiang Mai, Thailand. Jenazahnya dibawa pulang kembali ke Taipei dan disambut oleh para pejabat Taiwan. Pemakamannya juga dihadiri oleh komandan militer Taiwan.
Meskipun Teresa telah berpulang lebih dari dua dekade, pengaruhnya tetap eksis dan relevan hingga hari ini. Pada tahun 2013, seniman Taiwan Jay Chou menyertakan hologram Teresa dalam konsernya. Pertunjukan musikal tentang hidup Teresa pertama kali ditampilkan di Hong Kong dan telah dibawa berkeliling ke seluruh dunia, termasuk di Singapura dan Inggris. Salah satu penyanyi Thailand, Vanatsaya Viseskul ikut dikenal sebagai Little Teresa Teng karena kemiripan diri dan musiknya dengan Teresa.
Jika Anda tertarik menelusuri kehidupan Teresa, kunjungilah Teresa Teng Museum di Kaohsiung, Taiwan. Museum sederhana ini dibuka atas inisiatif adik lelakinya lima tahun yang lalu. Koleksi pribadi Teresa dari perhiasan, tas, poster-poster dapat ditemukan di sini. Para fans Teresa juga mengumpulkan berbagai benda memorabilia yang dipamerkan di sebuah ruang kenangan mungil di desa leluhur Teresa di Tiongkok yang belum pernah dikunjungi sang diva. (f)
Baca juga:
5 Rekomendasi Drama Taiwan untuk Penggemar Drama Korea
Tsai Ing Wen, Wanita Presiden Pertama Taiwan
10 Fakta Wilder Penfield, Ahli Bedak Otak Asal Kanada yang Ditampilkan Pada Google Doodle
Topic
#teresateng, #googledoodle