Seni Pertunjukan
Cerita Pendek: Hamil Bunga Mawar

30 Jun 2019


 
Setelah secara perlahan Lastari menerima --dan tak mengacuhkan cerita-cerita mengenai dirinya di luar-- kehadiran  sosok makhluk di tubuhnya, ia mulai merawat sosok itu seperti seorang ibu. Secara rutin Lastari melakukan kontrol ke rumah sakit untuk memastikan kesehatan bayinya. Sampai hal ganjil lain terjadi. Di bulan kelima, saat perutnya sudah sedikit menjorok ke depan, Lastari menemukan keanehan lagi di perutnya. Sosok kasatmata yang semula dilihat sebagai awal embrio, berubah menjadi setangkai bunga. Dokter kembali kebingungan. Mereka mulai melakukan diagnosis baru mengenai Lastari.

Sementara Lastari sendiri dibuat gelisah. Lebih-lebih saat menyadari kandungannya itu bukan manusia seperti pada umumnya, tetapi bunga. Ia mengusap perutnya yang membuncit itu saat dokter menjelaskan hal yang terjadi. “Itu bukan bayi, tapi setangkai bunga. Bagaimana bunga itu bisa masuk ke perutmu?”
Lastari kini tidak bisa menjawab. Ia malah menjelaskan hal lain yang membuat dokter kandungan itu bingung. Lastari menceritakan bahwa dirinya tidak pernah mengalami gangguan pencernaan apa pun selain perasaan mual menyerupai ngidam. Tiap  malam bahkan ia merasa ada yang bergerak di dalam perutnya—seperti sensasi tendangan kaki bayi secara normal. Dokter yang mendengar semua uraian Lastari dibuat tercengang. Dokter itu bingung setengah sinting. Sampai dokter itu memutuskan untuk menelitinya lebih lanjut.

Setelah kejadian aneh itu, beberapa minggu kemudian Lastari kembali dipanggil oleh dokter. Dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan setangkai bunga di perutnya. Namun, ketika dokter kembali melihat ulang keadaan perut Lastari, tangkai bunga itu sudah berubah menjadi seonggok bayi. Dokter makin tercekat. Ia tidak habis pikir: Semua yang terjadi terhadap Lastari belum pernah ditemukannya selama ini. Sementara Lastari pasrah menerima keadaan.

***
 
Setelah semua peristiwa, Lastari terus merawat si jabang bayi. Lastari yang semula sempat tak bisa menerima kehadiran si bayi, kini makin rindu dengan kedatangannya. Lastari tak sabar ingin melahirkan dan membesarkannya. Sedang di luar lingkungannya terus mendenging kabar mengenai dirinya dan peristiwa anehnya. Namun, Lastari tidak peduli. Lastari menerima bayi di perutnya seperti ia menerima anaknya sendiri. Lastari pun tidak hirau mengenai kehadirannya yang gaib.

“Semua anak adalah berkah Tuhan,” ucap Lastari.

Demikian waktu terus berlalu. Hari berganti, minggu, dan bulan. Sampai waktu yang ditunggu datang. Lastari melahirkan dengan cara operasi. Dan usai operasi, hampir seluruh ruangan beraroma bunga mawar. Wangi. Darah ketuban Lastari pun tak menguarkan bau amis, melainkan aroma mawar. Ketika Lastari mulai sadar di ruang inap pasien, ia melihat remang orang-orang di sekitar dan bayinya. Ia juga mendengar lamat-lamat suara berita di televisi yang mendengungkan mengenai banyaknya kasus aborsi di kota. Ia mendadak merasa rindu dengan anaknya yang baru saja dilahirkannya. (f)

 
**********
 
Risda Nur Widia
Advertisement
Buku tunggalnya: Bunga-Bunga Kesunyian (2015), Tokoh Anda Yang Ingin Mati Bahagia Seperti Mersault (2016),
Igor: Sebuah Kisah Cinta yang Anjing (2018). Cerpennya telah tersiar di berbagai media.

Cek koleksi fiksi femina lainnya di:
http://www.femina.co.id/fiction/


Baca Juga: 
Cerita Pendek : Roh-Roh di Dalam Gadih Bungo
Cerita Pendek: Pria Sinterklas
Cerita Pendek: Semalam di De Oro




 


Topic

#cerpen, #fiksi

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?