Profile
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta: “Jangan Membatasi Diri hanya Karena Anda Wanita”

15 Sep 2017


Foto: Selvi


Di balik pembangunan proyek ikonik MRT Jakarta yang memberikan harapan bagi warga untuk transportasi umum yang modern dan manusiawi, ada sosok wanita gesit  ini. Menjabat sebagai direktur konstruksi sejak tahun lalu, menurut Silvia, per Agustus 2017, pembangunan fisik MRT Jakarta fase 1 (dari Lebak Bulus – Bundaran HI) sudah mencapai 78 persen. Pekerjaannya meliputi pembangunan bawah tanah (underground) dan layang (elevated).
 
“Saat ini pekerjaan underground sebagian besar fisiknya sudah selesai. Sekarang fokus pekerjaan pintu masuk stasiun yang terletak di kanan kiri pedestrian,” ujarnya kepada femina, awal September lalu. Menurut Silvia, selain pemasangan track atau jalur kereta, di beberapa stasiun bawah tanah juga sudah mulai pekerjaan pemasangan arsitektur seperti lantai, toilet, langit-langit, lift, eskalator, dan lain-lain.
 
Silvia, insiyur sipil lulusan Nanyang Technological University ini adalah satu-satunya wanita dalam jajaran direksi PT MRT Jakarta. Ia mengomandani pembangunan fisik yang dilakukan oleh 8 kontraktor, sebagian besar adalah konsorsium kontraktor lokal dan Jepang. Namun, bekerja di dunia engineering yang masih didominasi pria, tidak membuatnya membatasi diri, hanya karena ia wanita. Berikut ini petikan perbincangan Silvia dengan femina:
 
Pernahkah Anda mengalami diskriminasi saat bekerja?
Advertisement
Dulu ketika ketika baru lulus kuliah dan pertama kali mulai bekerja sebagai engineer di Land Transport Authority (LTA), Singapura pada tahun 2004, memang menjadi tantangan buat saya. Waktu itu jumlah wanita yang mengerjakan proyek-proyek konstruksi masih jarang. Apalagi saya adalah anak muda yang baru lulus ditaruh di depan berhadapan dengan para kontraktor.
 
Tentu ada saja kontraktor yang sempat bersikap, wah ini anak perempuan, punya pengalaman apa? Hal yang saya lakukan waktu itu adalah tidak mau fokus ke penilaian mereka. Saya hanya mau fokus ke tugas saya sebagai engineer. Ya sudah, saya kerjakan saja tugasnya. Prinsipnya biarkan hasil kerja sebagai bukti. Setelah saya bisa melewati hal itu, selanjutnya, jalan saja.
 
Prinsip itu yang Anda pegang hingga sekarang?
Sebetulnya, pekerjaan itu tidak mengenal jenis kelamin. Dikerjakan baik oleh pria maupun wanita, tantangannya sama saja. Kalau ada orang yang meragukan kemampuan kita, ya lihat saja nanti hasilnya. Makanya saya tidak pernah menjadikan hal itu sebagai obstacle for to do what I need to do, baik sewaktu saya menjadi engineer, project manager dan kini sebagai direktur. Beruntung sepanjang karier saya, saya bekerja dengan orang-orang yang tidak menjadikan gender sebagai isu. Meski bukan berarti tidak ada diskriminasi ya, karena faktanya memang ada di luar sana. Menurut saya, diskriminasi akan selalu ada, baik itu karena umur, gender atau apa pun, namun jika tentang pekerjaan, jangan hiraukan dan menjadikan diskriminiasi itu menghabiskan energi dan waktu Anda.
 
Apakah Anda menggunakan sikap atau bahasa yang dianggap khas wanita dalam bekerja? 
It’s about the work, the job. Katakan kalau saya harus marah karena kontraktor enggak bener ya saya akan marah. Kalau saya harus pukul meja, ya pukul meja. Dan menurut saya, seorang wanita jangan pernah bertindak sesuatu atau tidak melakukan sesuatu hanya karena ia seorang wanita. Kalau alasannya faktor kesopanan, it's fine. Tapi bukan karena Anda wanita maka saya harus begini, begitu. Karena itu artinya Anda akan membatasi diri sendiri. (f)
 



Topic

#MRT, #Jakarta, #wanitahebat

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?