Profile
Greta Thunberg, Aktivis Lingkungan Termuda yang Gerakkan Jutaan Orang di Dunia

10 Sep 2019


Dok. Shutterstock




Alih-alih masuk sekolah, seorang gadis usia belasan tahun bolos kelas di hari Jumat demi bisa duduk diam di depan gedung parlemen Swedia sambil memegang papan bertuliskan ‘Skolstrejk for Klimatet’ atau yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘Mogok Sekolah untuk Iklim’.

Padahal orang tuanya telah mencegahnya, teman sekelasnya menolak bergabung dan orang-orang yang lalu lalang melewatinya tak menggubrisnya. Namun, lama kelamaan kegigihannya untuk menyuarakan keresahannya atas masalah lingkungan ini dengan aksi mogok sekolah, membuat makin banyak orang menoleh memerhatikan. 

Ketika banyak orang di Swedia yang mengacuhkannya, ia justru berhasil mencuri perhatian jutaan anak sekolah di berbagai belahan dunia mengekorinya. Mengikuti langkah gadis kecil bernama
Greta Thunberg (16) untuk menyelamatkan bumi. Ia berhasil membuka mata dunia.

Di balik tubuh mungilnya, Greta yang tak suka banyak bicara justru berteriak lantang melalui kata-kata yang ia tulis di papan protesnya. Ia mengkritik langkah lamban pemerintah dalam mengatasi krisis perubahan iklim. Setiap hari Jumat, ia konsisten melakukan aksi protes di depan gedung parlemen Swedia tersebut. 

Walau sempat diacuhkan, tak dinyana ternyata apa yang dilakukannya sejak bulan Agustus 2018 lalu ini justru turut memicu gerakan yang lebih luas. Hasilnya, pada Maret 2019 lalu, sekitar 1.6 juta anak sekolah dari 125 negara bolos massal dan berdemo soal perubahan iklim, yang juga disebut dengan gerakan Fridays for Future. 

Menurutnya, banyak negara di seluruh dunia yang melihat Swedia sebagai panutan, karena memiliki sektor energi bersih.

“Mungkin itu benar, tapi kami bukanlah panutan. Swedia adalah salah satu dari 10 negara di dunia dengan jejak ekologi tertinggi menurut WWF (World Wide Fund for Nature). Jika dihitung indeks konsumennya, maka Swedia adalah salah satu yang terburuk per kapitanya,” tutur Greta lagi. 

Dampak perubahan iklim sudah dirasakan dimana-mana dan memiliki konsekuensi yang sangat nyata dirasakan olehnya. Menurutnya, emisi karbon terus meningkat dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

Advertisement
Bahkan cara berpikir cerdas gadis belasan tahun ini sudah bisa melihat bagaimana perubahan iklim telah mengganggu ekonomi nasional dan merugikan dari berbagai macam hal. Inilah mengapa ia bersikukuh untuk terus mendesak tak lagi hanya pemimpin di Swedia tapi juga para pemimpin dunia untuk membuat kebijakan atau upaya mengatasi masalah lingkungan ini.

Bahkan, terlepas dari usianya yang masih belia, dengan lantang dan berani Greta menyampaikan kritiknya pada pemimpin-pemimpin dunia. Hal ini pernah ia sampaikan di sebuah forum parlemen Inggris pada April 2019 lalu.

“Anda membohongi kami dan memberikan harapan palsu soal masa depan yang layak dinanti. Sebagian besar anak-anak bahkan tak tahu masa depan seperti apa yang akan mereka hadapi nantinya,” papar Greta lantang. 

Tak heran jika kini suara gadis berkepang ini sudah terdengar di berbagai forum bergengsi dunia. Seperti UN Climate Change COP24 Conference, World Economic Forum, hingga TED.

Belakangan ia dianugerahi penghargaan Amnesty International Prize karena telah memobilisasi opini publik dunia tentang bahaya pemanasan global. 

Menariknya lagi, bahkan saat ini Greta sedang diajukan untuk masuk dalam daftar calon peraih penghargaan Nobel Perdamaian. Jika ia berhasil terpilih, ia akan mencetak sejarah sebagai peraih Nobel termuda sepanjang sejarah, menggeser
Malala Yousafzai yang mendapatkan penghargaan tersebut pada usia 17 tahun. 

Kini, papan protes bertuliskan
‘Skolstrejk för Klimatet’ telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dan yang paling mengejutkan bahwa gadis yang tadinya berdiri sendiri, kini tak lagi sendirian. (f)



BACA JUGA :

Astri Puji Lestari, Arsitek yang Menjalani Hidup Minim Sampah Sejak Kecil
12 Cara Agni Pratistha Menuju Zero Waste
Mulai Ramah Lingkungan Dari Kamar Mandi

 



Topic

#gretathunberg, #pelestarianlingkungan, #aktivis

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?