Kota San Francisco tengah memperjuangkan undang-undang untuk menjadi kota pertama di Amerika Serikat yang melarang penjualan segala produk rokok elektrik atau sering disebut vape atau juul. Ini merupakan usaha mereka lakukan untuk mencegah maraknya penggunaan rokok elektrik pada remaja. Ini sebuah langkah cerdas. Saat beberapa pihak masih mencoba membela rokok elektrik, korban-korban mulai berjatuhan.
Seorang remaja di Amerika Serikat meninggal dunia saat rokok elektrik yang digunakannya secara sembunyi-sembunyi meledak dan melukai pembuluh darahnya secara vital. Seorang mahasiswa berusia 18 tahun di Miami dikabarkan tiba-tiba ambruk seperti mengalami serangan jantung. Ia mengaku mengonsumsi juul, salah satu jenis rokok eletrik, dua hari sekali selama satu setengah tahun.
Ia tak sendiri, baru-baru ini diberitakan hampir 150 orang berusia belia di 15 negara bagian di Amerika Serikat memerlukan perawatan intensif karena terkena gangguan paru-paru berat setelah memakai rokok elektrik. Banyaknya korban membuat kasusnya diselidiki The Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Beberapa pasien diketahui mengonsumsi rokok elektrik dengan kandungan tetrahydrocannabinol (THC), tapi penyebab pasti dari kandungan dalam rokok elektrik yang dianggap bertanggung jawab dalam kasus ini belum dapat disimpulkan CDC.
Pasien dilaporkan mengalami sesak napas, nyeri dada, serta gangguan di perut dan muntah sebelum dilarikan ke rumah sakit.
Selain itu kebanyakan anak muda percaya rokok elektrik tidak seberbahaya rokok biasa. Tak heran kalau menurut analisa yang dilakukan CDC, Food and Drug Administration, dan National Cancer Institute terhadap data survei National Youth Tobacco Surveys tahun 2011–2018 ditemukan jumlah pengguna rokok elektrik di kalangan remaja usia sekolah menengah di Amerika terus meningkat. Dari tahun 2017 dan 2018 saja, pengguna rokok elektrik meningkat dari 11.7 persen menjadi 20.8 persen di kalangan murid SMA.
Padahal, laporan National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine tahun 2018 menemukan, selain nikotin, dalam rokok elektrik juga terkandung zat lain yang bersifat racun bagi tubuh. Zat itu dapat merusak sel-sel tubuh, peradangan, dan menyebabkan kerusakan paru-paru dan penyakit kardiovaskular. Rokok elektrik juga disebut meningkatkan risiko depresi. Dengan melihat kejadian belakangan ini, para pakar kesehatan makin yakin efek rokok elektrik bisa lebih membahayakan dalam waktu lebih cepat.
Studi yang dilakukan di Kanada terhadap 44 ribu siswa usia 9 -12 di Ontario dan Alberta, menemukan hubungan erat antara rokok eletrik dan rokok tembakau. Dalam studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal (CMAJ) itu, ditemukan, remaja yang menggunakan rokok elektrik kemungkinan besar akan menjadi konsumen rokok tembakau. Kemudahan akses untuk mendapatkan rokok setelah dewasa serta kecanduan nikotin akibat paparan nikotin dari rokok elektrik dalam usia muda adalah beberapa hal yang disebut jadi pemicu.
Penemuan-penemuan itu membuat banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengatur lebih ketat penjualan dan penggunaan rokok elektrik, sebelum jumlah korban semakin banyak. (f)
Baca Juga:
Metode Lasik Terbaru untuk Koreksi Penglihatan yang Lebih Nyaman
Cara Dian Sastrowardoyo Tangani Autisme Pada Sang Anak
Waspada Udara Berkualitas Buruk, Picu Penyakit Paru Pada Anak
Topic
#kesehatan, #rokokelektrik, #vape