Foto: Freepik
Filter di media sosial yang dapat menyulap seketika wajah pengguna menjadi terlihat sangat sempurna sekaligus tidak nyata ini pada kenyataannya 'menginspirasi' sebagian orang untuk memperoleh penampilan tanpa cacat di dunia nyata. “Ada banyak pasien yang datang ke saya membawa fotonya dengan filter Instagram dan meminta saya untuk mengubah wajah mereka menyerupai foto tersebut,” ungkap Dr. Vincent Wong, dokter estetika di London yang kliennya mayoritas selebritas dan kaum millennial, melalui video wawancara dengan ENTR.
Tidak dipungkiri, dalam perkembangannya, media sosial telah mengubah standar kecantikan global sekaligus mendorong penggunanya tak hanya membandingkan diri dengan orang lain, melainkan juga diri sendiri di dunia online. Kecenderungan ini yang disebut dengan istilah body dysmorphia. Aktivis tubuh dari seluruh dunia telah melawan fenomena tersebut dengan meluncurkan berbagai kampanye atau gerakan #bodypositivity yang mengajak orang untuk berbagi gambar mereka yang tidak diedit dan tanpa filter.
Tak hanya kampanye tentang kesadaran individu untuk lebih merangkul ketidaksempurnaan di media sosial yang semakin banyak bermunculan. Norwegia bahkan membuat peraturan baru untuk melawan standar kecantikan yang tidak realistis pada platform media sosial sebagai upaya menurunkan tingkat body dysmorphia di negara ini. Peraturan tersebut melarang influencer berbagi foto-foto yang telah menggunakan filter dalam post promosi di media sosial tanpa mengakui gambar tersebut telah diedit. Pelanggaran hukum tersebut akan menghadapi ancaman denda, dengan kasus-kasus ekstrem yang berpotensi menghadapi pemenjaraan.
Anda sendiri bagaimana, apakah setuju penggunaan filter di foto dan video media sosial perlu diatur di dalam hukum seperti Norwegia? (f)
Baca Juga:
Microsoft Resmi Rilis Windows 11, Apa Saja yang Baru?
7 Keunggulan Fitur Video Musik Terbaru dari Instagram
Platform untuk Melaporkan Perundungan di Sekolah untuk Cegah Bullying
Topic
#filter, #instagram, #bodypositivity, #socialmedia