(foto: Tria Nuragustina)
Badan dunia seperti UNICEF menjadikannya Ambassador for Nutrition untuk wilayah Australia, begitu pula maskapai ANA (All Nippon Airways) untuk pasar Australia. Darah Malaysia dan istri asli Jepang menjadikan masakan Adam tampil dinamis dan memberi warna di meja makan keluarga Australia.
Di balik foto-foto Instagram yang memperlihatkan dirinya sebagai traveler kuliner, family man, atau pendemo masak, selalu ada kesamaan, yakni penuturannya yang berbobot. Adam adalah pemilik double degree di jurusan Sains dan Hukum. Ia juga mengenyam sejumlah profesi di bidang legal sebelum nyemplung ke dunia cooking showbiz.
Uniknya, dengan social media presence yang sangat kuat, ia masih menangani segala storytelling-nya sendiri.
Oleh Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Adam Liaw hadir di Indonesia, beberapa waktu lalu. Femina berbincang dengannya di sela-sela sarapan di kawasan pecinan Petak Sembilan.
Tonton video jalan-jalanya di sini.
Ini ke empat kalinya Anda ke Jakarta. Apa masakan Australia yang ingin diperkenalkan kini?
Lebih ke gaya makan rumahannya, bukan restaurant style. Saya rasa, masakan rumahan di Australia berubah lebih cepat ketimbang resto. Ekonomi berubah, menu berubah.
Karena kesibukan, makan malem bareng keluarga kini ‘kemewahan’. Inspirasi masakan praktis membuat lebih banyak keluarga bisa makan bareng, tanpa kedodoran waktu.
Makan bersama adalah family experience yang penting. Saya imigran dari Malaysia dan kami membawa serta gaya masakan kami. Jadi, menyantap masakan rumahan juga berarti mempreservasi budaya. Tak sekadar bikin perut kenyang.
Masakan rumahan Australia begitu multikultural, ‘kan?
Ya, dan diracik dengan bahan berkualitas tinggi.
Steak masih jadi kesukaan, tapi sudah enggak kayak 50 tahun lalu dimana satu orang bisa makan seporsi steak. Rakyat ingin daging berkualitas tinggi, namun ini tidak murah. Maka, mereka beli lebih sedikit untuk sharing. Bagi saya, ini lebih baik karena dagingnya diperoleh dari sapi-sapi yang hidupnya lebih layak. Keluarga pun bisa makan daging yang lebih enak.
Ketika traveling, apa yang Anda buru?
Street food, karena inilah dinamika orang lokal.
Lahir di Malaysia membantu saya mengenali banyak kemiripan sekaligus perbedaan bumbu pada beberapa hidangan yang mirip. Misalnya, beda bumbu, santan, dan mi pada Laksa kedua negara.
Bagaimana membedakan Anda yang traveling dengan chef di dapur industri?
Mungkin, saya lebih punya kesempatan menciptakan resep, sekitar 600 per tahunnya. Platform-nya macam-macam.
Kolom saya di Good Food Australia, Sunday Life (Sydney Morning Herald), dan Guardian, lebih untuk solusi dapur harian, masakan musiman, dan bagaimana ngebikinnya lebih praktis.
Traveling series saya lebih untuk berkomunikasi budaya dapur antar negara. Sementara, cookbook adalah tempat dimana 80-100 resep saya berkumpul, diikat satu tema. Cookbook adalah story book, bukan cuma recipe book.
Entah mengapa, saya suka banget bakso. Mungkin karena ada di mana-mana, ha.. ha.. ha! Gaya masaknya beda banget dengan di Aussie.
Anda content creator yang sangat terkenal. Pendapat Anda tentang media sosial?
Medos penting banget. Dulu, untuk menunjukkan ke dunia bahwa seseorang bisa masak dan bikin video, dia harus meyakinkan sebuah stasiun teve.
Platform era kini membuat kita bisa membantu lebih banyak orang. Misalnya, kita bisa bikin video cara masak nasi untuk orang Aussie yang struggling saat masak nasi dan enggak punya background Asia. Kan enggak bisa, cari cara masak nasi di program televisi. Televisi butuh konten yang lebih sophisticated.
Di YouTube, sesuatu yang sangat basic, dimungkinkan. Saya amati, meng-upload sesuatu untuk sehari-hari, lebih useful.
Memasak adalah hal yang sangat individual. Berkat media sosial, kita bisa melihat realita dapur semua orang.
Dengan foto makanan keren dan konsistensi posting di Instagram, apakah masih dikelola sendiri?
Ya. Saya belajar fotografi secara otodidak. Empat platform media sosial, empat komunitasnya berbeda. Penting bagi saya untuk memahami audiens saya. Tentu, untuk videoshooting YouTube, ada tim produksinya.
Makanan yang saya foto adalah makanan keluarga, bukan yang dibuat-buat. Semuanya masih hangat. lho! Kalau ada yang sudah dicomot, itu bukan disengaja, melainkan karena dimakan anak-anak, he.. he.. he.. Langsung jepret dengan natural light, pukul 8 pagi.
Jika diamati, jumlah foto makanan saya di musim dingin lebih sedikit karena langitnya gelap terus, ha.. ha.. ha!
Kegiatan di waktu luang?
Sejujurnya, waktu luang dikit banget. Kalau ada, saya nongkrong dengan anak-anak di taman. Ini paling dikangenin kalau lagi traveling!
Anak lelaki saya baru lima tahun tapi sudah bisa milih masakan dan potong-potong sendiri. Misalnya, memasak Tomato Curry gaya Jepang, saya bimbing di 30 menit pertama, selanjutnya dilanjutkan sendiri. Rasanya enak banget. Resepnya milik istri, dalam tulisan kanji Jepang. Anak saya lebih fasih bacanya ketimbang Bahasa Inggris.
Setiap orang harus belajar masak. Ini skill penting.
Mana yang lebih disenangi, tampil di TV program atau di panggung?
Tentunya, live di panggung. Dengan audiens yang bertanya secara live, saya jadi belajar banyak. Untuk teve, saya hanya bicara depan kamera.
Banyak yang berlomba jadi selebritas dapur. Apakah menjadi TV personality cocok bagi semua orang?
Belum tentu. Publik melihatnya sebagai sosok terkenal, dicinta. Padahal, jadi TV personality bukan tentang diri sendiri. Ini yang jadi salah kaprah. TV series saya sudah berjalan 8 tahun. Fokusnya,bercerita tentang dunia melalui mata saya. Pasti penonton bakal bosen kalau melulu tentang saya.
Apa bekal jadi TV personality atau sosok publik?
Rajin riset tentang destinasi, apalagi jika banyak konten jalan-jalannya. Waktu ke Tiongkok, saya pelajari mendalam sejarahnya, bukan sebatas apa yang orang Aussie ketahui tentang Cina.
Orang Aussie tahu banyak tentang masakan Indonesia, lho. Laksa, satai, dan rendang, bukan sesuatu yang asing. Makanya, saya harus tahu Indonesia lebih mendalam. (f)
Baca juga:
Buku tentang Kuliner Tionghoa di Indonesia ini Buatan Instagrammer Australia
Melatih Sensory di Coba-coba Kopi Bareng Mikael Teguhjaya
Trifitria Nuragustina
Topic
#adamliaw, #masterchefaustralia, #aussiebanget, #kedubesaustralia, #