Foto: Pixabay
Sayangnya, sering kali wirausaha kelas UKM yang bergerak di industri fashion tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tren. Mereka mengerjakan pekerjaan dengan mengandalkan intuisi saja. Dalam buku Anatomy of the Trend yang ditulis sosiolog Henrik Vejlgaard, dijelaskan bahwa ada pola dan siklus yang bisa diamati di balik munculnya sebuah tren. Tren bisa diramal.
Sari N. Seputra, owner sekaligus desainer brand Major Minor, membagi beberapa tip tentang membedah tren bagi emerging designer agar dapat memenangkan persaingan pasar.
1/ Mencari tren adalah melihat dunia secara luas, membuka mata dan telinga untuk tahu apa yang paling digemari banyak orang akhir-akhir ini. Misalnya, seorang pengusaha fashion perlu tahu bahwa belakangan baju sweater bukan lagi identik dengan musim hujan atau winter, sweater sudah menjelma menjadi busana sehari-hari, terutama di kalangan anak muda.
2/ Bagaimana cara memprediksi tren? Bisa berpatokan dari rumus 5W+1H (Who, What, Where, When, Why, How). “Anda harus mengamati siapa saja yang menjadi trendsetter, apa yang akan terjadi di masa depan, paling tidak satu tahun mendatang harus sudah dipersiapkan,” ungkap Sari.
3/ Tak hanya jeli akan isu lokal, seorang desainer juga perlu melihat apa yang terjadi di dunia internasional. Misalnya dengan melihat tren dari panggung Fashion Week dunia.
5/ Desainer perlu melakukan fashion scan untuk menentukan ciri khas (signature). Salah satu cara adalah dengan menggali kebudayaan Indonesia yang bisa diterima di seluruh dunia, misalnya batik. Ciri khas inilah yang bisa disematkan di tiap produk.
6/ Soal warna juga menjadi perhatian penting. Jika desainer ingin produknya go international, ada pegangan warna yang digunakan untuk musim tertentu. Saat winter, warna-warna yang dikeluarkan seputar hitam, krem, navy blue, merah, kuning mustard. Jarang ada desainer mengeluarkan warna selain warna-warna tersebut.
7/ Tren tak lepas dari faktor kebudayaan atau disebut cultural indicator. Misalnya, gaya orang Eropa tidak mau terlihat polish. Kebalikan dengan orang Indonesia yang ingin terlihat polish dari ujung rambut sampai ujung kaki, wajah full make up. Seorang pelaku bisnis fashion juga disarankan untuk lebih jauh mengenali unsur kebudayaan, hingga sampai pada apa saja yang boleh dan dilarang di suatu negara. Misalnya, warna putih identik dengan warna kematian bagi masyarakat etnis tertentu. Di Malaysia, ada beberapa gambar binatang yang tidak boleh digunakan untuk pakaian.
8/ Pengetahuan akan kebiasaan konsumen menjadi kunci penjualan. Untuk itulah perlu mengamati customer behavior. Misalnya, pengalaman Sari saat menjual pakaian di sebuah gerai di Singapura dengan harga sekitar 100 dolar. “Ada seorang customer yang bertanya apakah pakaian tersebut perlu untuk di-dry clean,” ujar Sari. Konsumen di negara maju cenderung lebih cermat dan teliti dalam membeli barang. (f)
Baca Juga:
Sentuhan Etnik Sumatera Pada Balutan Karya Muyen di Jakarta Fashion Week 2019
Power Suit dari Jakarta Fashion Week 2019 hari Ke-2
Amanda Rawles, Raline Shah, dan Dewi Sandra Melenggang di Runway Jakarta Fashion Week 2019
Faunda Liswijayanti
Topic
#fashiontrend, #trendforecast