Family
Demi Kesehatan Mental Anak, Jangan Biarkan Dia Kecanduan Gawai!

19 May 2025

Kecanduan gawai bisa membuat anak kehilangan interaksi sosial yang sebenarnya. Foto ilustrasi: Pexels/Ron Lach   


Fakta mengejutkan tentang kesehatan mental baru-baru ini diulas kembali oleh beberapa pihak. Data dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya pada tahun 2024 silam menunjukkan, sekitar 3.000 anak dan remaja menjalani perawatan di sana sejak Januari hingga Juli 2024!

Angka ini terus meningkat hingga tahun ini, bahkan beberapa dokter spesialis kedokteran jiwa dari rumah sakit ternama di Surabaya juga mengaku mendapat banyak pasien anak dan remaja yang mengalami kecanduan gawai.

Dilansir dari akun Instagram Jawapos pada 16 April 2025, Ciputra Hospital Surabaya mengaku telah merawat 20 pasien anak dalam setahun dengan penyebab kecanduan gawai. Salah satunya bahkan harus dirawat inap dan mendapat penanganan khusus karena sudah masuk tahap psikotik (sulit membedakan imajinasi dan realitas) karena kecanduan game.

Tak jauh berbeda, data dari RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya juga menunjukkan, terdapat 5 pasien siswa SD dan SMP dalam sebulan yang dirawat karena kecanduan gawai bahkan sampai mengancam melukai orang tuanya. Fakta yang cukup mengejutkan dan memprihatinkan.

Waspadai beberapa gejalanya

Kecanduan gawai maupun online game pada anak bisa diwaspadai dari gejala-gejala yang diperlihatkan anak, di antaranya:

Sering asyik main game hingga lupa waktu

Anak bisa berjam-jam main dengan gawainya tanpa menyadari waktu berlalu.

Perubahan emosional

Khususnya saat anak tidak memegang gawai, anak akan menunjukkan perubahan emosi seperti mudah marah, cemas, gelisah, atau tanda-tanda ketergantungan emosional lainnya yang berkaitan dengan gawai. Pada tahap tertentu, anak bisa berperilaku agresif ketika dilarang atau dibatasi waktu layarnya.

Minat beraktivitas fisik dan sosial menurun 

Anak lebih memilih bermain gawai daripada main di luar atau berinteraksi dengan teman-temannya.

Gangguan tidur 

Anak mulai sulit tidur atau tidur terlalu larut karena terlalu lama menatap layar gawainya, terutama sebelum tidur.

Prestasi akademis menurun 

Biasanya karena anak kesulitan fokus belajar dan terlalu banyak waktu dihabiskan dengan gawai.

Keterlambatan bicara dan interaksi verbal 

Terutama pada anak usia dini, ketergantungan terhadap gawai atau terlalu sering terpapar layar secara pasif akan menimbulkan gangguan keterampilan berbicara.

Keluhan fisik dan mental 

Pada tahap tertentu, kecanduan gawai dapat menimbulkan keluhan, seperti mata lelah, gangguan penglihatan, mata kering, sakit kepala, nyeri pada tangan, bahu, leher, jari-jari, pergelangan tangan, hingga masalah kesehatan mental akibat penggunaan gawai secara berlebihan.

Cegah sebelum anak kecanduan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak usia balita hingga sekolah dasar dari kecanduan gawai:

Batasi waktu penggunaan gawai 

Sesuaikan dengan usia anak, misalnya,
- Anak di bawah 2 tahun tidak terpapar gawai sama sekali
- Anak usia 2-5 tahun maksimal 1 jam per hari
- Anak di atas 5-14 tahun maksimal 2 jam per hari (namun untuk anak usia dini hingga prasekolah, sebaiknya konten yang dilihat diawasi, bahkan lebih baik dibiasakan lebih banyak aktivitas fisik).
Advertisement

Jangan biarkan anak terpaku pada gawai; mereka harus beraktivitas fisik juga. Foto ilustrasi: Pexels/Ron Lach

Ciptakan rutinitas tanpa gawai

Buat aturan seperti saat makan, bermain, dan tidur anak harus bebas dari gawai.

Libatkan anak dalam aktivitas fisik dan kreatif 

Mulai dari menggambar, membaca buku, bermain peran, atau kegiatan di luar rumah.

Gunakan gawai sebagai alat edukasi dengan pengawasan

Pilihkan aplikasi atau tontonan yang mendidik dan sesuai usia anak.

Berikan teladan penggunaan gawai yang sehat

Jika orang tua membatasi anak memakai gawai, sebaiknya juga menghindari penggunaan gawai berlebihan di depan anak.

Bangun komunikasi dan interaksi langsung

Ajak anak berbicara, mendongeng, atau bermain bersama untuk memperkuat hubungan emosional.

Mengajak anak tidak tergantung padagawai memang tidak semudah teori, namun bukan berarti tidak bisa diupayakan.

Jika orang tua merasa kesulitan mengajak anak mengurangi ketergantungan pada gawai dan mulai khawatir akan perilaku agresif anak, jangan segan untuk mencari pertolongan ke psikolog maupun dokter spesialis kedokteran jiwa, sebelum kondisi anak makin buruk.

Baca juga: 
7 Isu Sosial Remaja dan Cara Orang Tua Membahasnya
Metode 'Tap In Tap Out' Bisa Banget untuk Orang Tua yang Kewalahan

6 Tip Agar Anak Lebih Percaya Diri, Nomor 2 Paling Penting
 

Laili Damayanti


Topic

#AnakKecanduanGawai

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?