Blog
Gara-Gara Kekenyangan

8 Jul 2016

       
Saya bukanlah orang yang suka memperlihatkan kemesraan pada  kekasih di depan orang banyak. Termasuk kemesraan berupa perhatian, seperti  memasakkan  makanan untuknya. Hubungan saya dan pasangan umum saja, cukup dengan jalan-jalan  tiap malam Minggu, nonton atau makan di luar. Itu sudah cukup menurut saya. Hal-hal lain, termasuk memasak untuknya,  dilakukan setelah menikah saja nanti. Itu prinsip saya, hahaha....
           
Maka, saya heran dengan Veni, teman satu rumah dinas yang begitu  full perhatian terhadap pacarnya. Veni sering sekali memasakkan makanan untuk si pacar, membelikan peralatan dapur saat  si pacar pindah rumah, dan mengirimkan makanan siap saji untuk berbuka puasa ke alamat rumah sang pacar via delivery order.
           
Pokoknya, saya beda prinsip dengan Veni. Hingga suatu hari saya cetuskan keheranan saya itu kepada teman sekantor bernama Ela.     “Aku, kok, rasanya malu kalau masakin pacar, ya? Rasanya gimana, gitu,” cetus saya terus terang.
           
Ternyata jawaban Ela malah mengejutkan. “Kenapa mesti malu, Mbak. Kan sebagai wujud perhatian. Ayo, Mbak masakin mas-nya,” jawab Ela, manas-manasin saya. Hmm… apakah prinsip saya yang malahan aneh, ya?
           
Di rumah, saya memikirkan ulang kata-kata Ela.  Dipikir-pikir, iya juga, ya,  Kenapa harus malu? Toh, seluruh teman kantor sudah tahu tentang hubungan kami. Dan, sesekali  unjuk kebolehan untuk menyenangkan hati si pacar kan tidak apa-apa seharusnya.  Supaya pacar saya tahu bahwa saya juga piawai memasak di dapur. Pamer gitu….
           
Akhirnya, pada suatu hari Minggu, saya memutuskan memasak buat kekasih. Saya memasak menu andalan yang sudah sering saya praktikkan dan  rasanya tak mengecewakan, yaitu ayam kecap dan tumis buncis udang.
           
Saya sengaja memasak saat teman serumah sedang  dinas luar.  Soalnya, saya masih agak malu-malu ketahuan memasak untuk pacar dan malah di-cie-cie-inhahaha…!  Karena sepi, saya  jadi  bebas menguasai dapur.  Saya  mulai memasak sejak pagi hingga siang.
Pacar saya juga tinggal di rumah dinas, tidak jauh dari rumah yang saya tempati, bersama beberapa pegawai lain. Karena masih malu ketahuan  mengantarkan masakan, saya memilih untuk ‘menculiknya’ saja  ke rumah.  Saat ia tiba  di rumah, saya segera menyajikan hidangan makan siang istimewa itu.  
Pacar segera menyantap hidangan,  dalam diam. Ia tidak banyak bicara.
           
Gimana, enak, ‘kan?” tanya saya, ada rasa percaya diri dan bangga.
           
“Iya, enak,” jawabnya pendek.
           
Tapi, saya agak curiga, kok, mukanya agak lain, ya?  Apa dia berbohong? Ah, yang penting dia sudah bilang enak dan misi saya tercapai untuk  memanjakan pacar dengan masakan buatan sendiri.
           
Kini kami sudah menjadi suami-istri.  Masih  dalam suasana pengantin baru, kami sering mengobrol membahas kenangan-kenangan lucu  saat masih pacaran.
Advertisement
           
“Ingat enggak, waktu aku masakin kamu?” tanya saya, suatu kali.
           
“Ingat,”  kata suami  sambil mengangguk
           
“Waktu itu rasanya beneran enak, ‘kan?” tanya saya memastikan. Sekaligus ingin mengakhiri rasa penasaran selama ini.
           
Suami menatap saya,  lalu nyengir. Keluarlah pengakuan mengejutkan!
          
“Sebenarnya, waktu itu aku baru saja makan nasi goreng porsi jumbo,” katanya sambil tertawa. 
          
Saya bingung. Apa hubungannya?
           
“Jadi?” tanya saya heran.
           
“Jadi waktu makan di rumahmu, aku benar-benar sedang kekenyangan. Jadi, waktu makan rasanya  jadi mual,” jawabnya, polos.
           
Antara ingin ketawa dan kesal. Menyesal juga kena bujukan Ela waktu itu.  Mungkin  saya memang lebih baik tetap pada prinsip tidak memasakkan pacar, ya. (f)   



Indah Novita
Sleman 

 
 


Topic

#Gadogado

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?