Kegiatan merajut pun terkadang dilakukan sambil menyeruput kopi atau diiringi alunan musik dari grup Klab Klassik yang berlatih di Tobucil di hari Minggu. Lucunya, komunitas yang biasanya dihadiri oleh 5-10 orang wanita tiap pertemuan ini juga rajin mengajak para pria untuk ikut di workshop The Men Who Knit. Penampilan para pria yang bergabung ikut merajut, jelas bikin heboh. Apalagi, para pria itu ada yang bertampang sangar, dengan wajah bercambang, berkumis lebat, dan berjenggot.
Yang menarik lagi, banyak anggota komunitas yang ingin bisa membaca atau membuat pola sendiri. Bahkan, mau bersusah-susah memulainya dari nol. Niat dan motivasi untuk bisa, menurut Tarlen, sangat penting. Hasil rajutan yang bermacam-macam, seperti baju, tas, sepatu, dan boneka, ada yang untuk dijual, namun ada juga yang dipakai sendiri. “Ada anggota yang khusus ikut merajut karena ingin membuat hadiah untuk orang yang spesial,” ungkap Tarlen, yang khusus menciptakan handmade corner di Tobucil, dengan konsinyasi 20%. (f)