Food Trend
Menghabiskan Malam Di Pasar Santa

6 Mar 2015


Pernahkah Anda menemukan pedagang waffle, hot dog, atau churros di pasar tradisional? Inilah pemandangan yang justru kini jamak di salah satu pasar di Jakarta. Sejak Juli 2014 lalu, Pasar Santa di Jalan Cipaku, Jakarta Selatan, yang lama terkenal diisi pasar sayuran dan lantai-lantai atas yang nyaris mati suri, kini booming sebagai tempat nongkrong saat weekend. Merubahnya menjadi pusat kegiatan ekonomi kreatif telah menjadi cara menggebrak. Karena merupakan pasar, tip femina adalah sediakan uang tunai dan kenakan pakaian longgar agar tak kepanasan. Selamat berwisata kuliner!

Dari Sebuah Kedai Kopi

Jajaran kios-kios kosong di lantai paling atas (lantai satu) pasar, bersalin menjadi sentra bisnis kreatif pebisnis belia yang ingin menyalurkan hobi. Harga sewa pertahun yang sangat bersahabat memberikan keleluasaan kepada mereka untuk melakukan tes pasar. Lagipula lokasinya strategis dengan harga makanan di bawah kelas mal.

A Bunch of Caffeine Dealers -populer disingkat ABCD Coffee- sebuah kelas kopi dan pop up coffee bar inisiasi Hendri Kurniawan- lah yang menjadi pionir di pasar ini. Juri kopi kelas dunia ini menyajikan specialty coffee, sekaligus menjadikan kiosnya sebagai ‘tempat bermain’ komunitas kopi. Sekolah ini bahkan berkembang dan mengambil lahan batu di lantai paling atas, bertetangga dengan kursus tari yang telah dibuka sejak lama. 

Munculnya ABCD Coffee menginspirasi pebisnis muda lain untuk meramaikan lantai pasar yang sebelumnya sepi. Kios-kios yang nganggur didesain secara unik. Bukan hanya diisi racikan kopi atau jajanan keren, tapi juga barang-barang koleksi. Di sini pula komunitas dari beragam hobi seperti fashion, piringan hitam, hingga lukisan, berkumpul dan berpamer karya. Tak jarang, pelaku seni mengadakan tatap muka dengan penggemarnya di sini, di obrolan hangat yang dilakukan di muka-muka kios.  

Meski sebagian kios baru buka di hari Rabu, dengan memuncaknya keramaian saat weekend, sejak sore hingga malam hari, sebagian kios telah beroperasi sejak Senin. Tak terbantahkan, kalangan muda melalui hobi cuap-cuapnya di media sosial menjadi promotor di balik tumbuhnya keramaian di sini. Tercipta vibe yang asyik dalam kemasan yang tak pernah kita lihat sebelumnya. Begitu hangatnya scene pergaulan di sini, sampai-sampai muncul kelakar mengenai melekatnya status ‘hipster’ pada siapapun yang mengunjunginya.  

Selera Modern Versi Pasar

Area tengah lantai satu diisi dengan ragam kios makanan layaknya pujasera. Femina berkeliling mencari santapan enak sambil menelusuri seluruh kios di lantai ini.   

Blackdog 

Kala itu, femina membutuhkan 30–45 menit untuk mendapatkan setangkup hot dog di kios Dudes of Gourmet atau D.O.G (baca: diyoji). Warna bun yang hitam pekat membuat hotdog yang populer sebagai blackdog ini menyedot perhatian. Ini, dan sosis buatan sendiri membuat hotdog kembali naik pamor. Kapan lagi jajan hotdog hitam di pasar!

Tiga tahun lalu di Jepang, sajian sejenis pernah booming dalam bentuk burger bernama kuro. Atau, jika Anda gemar menonton acara kuliner tentang food truck di Amerika Serikat, blackdog mewakili gambaran street food a la Amerika dengan tampilan roti lapis daging yang berlimpah saus. 

Hitam pada bun berasal dari wijen hitam yang diolah menjadi sari wijen hitam dan black powder yang diimpor dari Jepang. Tekstur rotinya lembut dan gurih, tersirat sedikit rasa manis dengan isian sosis daging sapi yang juicy.  

Komponen rasanya bertambah kala bertemu caramelized onion (bawang bombay yang ditumis hingga transparan dan muncul manisnya), keju, dan diselimuti yellow sauce. Untuk memuaskan hati, Anda bisa minta tambahan saus – white sauce dan red sauce – atau smoked beef seharga Rp5.000/porsi. Penasaran? Mantapkan hati untuk sabar mengantre. 

Green Tea Churros 

Churros, snack dari adonan choux pastry yang populer sebagai jajanan Spanyol biasanya memiliki aroma harum kayu manis. 
Kios Tsurro membuktikan bahwa churros dalam versi green tea tidaklah aneh. Green tea bubuk digunakan pada churros gaya Asia ini hingga tercipta warna hijau terang dan rasa teh hijau yang light. 
Berdagang, sih, boleh saja di pasar, namun kios yang mencetak ‘donat’ Spanyol ini menggunakan mesin pembuat churros yang diterbangkan langsung dari Singapura. Sang pemilik ingin produknya tetap berkelas. Lagi-lagi femina harus bersabar untuk mengicipnya karena antrean yang cukup panjang.
Entakan rasa manis dari campuran gula pasir dan kayu manis di ujung lidah pun tak terelakkan. Untuk satu porsi (lima buah) churros, cukup keluarkan kocek sebesar Rp25.000. Cukup menyenangkan, mengingat harga jajanan serupa di restoran besar biasanya mahal. 

Sloppy Jo 

Yang pernah menghabiskan waktu di Amerika Serikat pasti tak asing lagi dengan Sloppy Jo. Sandwich ini ‘sloppy’ karena isi daging dan sausnya berlimpah dan berantakan kala Anda menyantapnya. Messy face, messy fingers!

Pengalaman bersantap Sloppy Jo di negeri Paman Sam menggerakkan Unggul Tri ‘Deta’ Widetya bersama ketiga rekannya mendirikan Sloppy Bro. Wartawan majalah gaya hidup yang hobi masak itu memang tak bisa berdagang tiap hari, melainkan hanya Jum’at sore, Sabtu, dan Minggu. Alasannya, masing-masing punya kesibukan harian yang tak mungkin ditinggalkan. 

Deta dan rekannya sama sekali tidak memberikan sentuhan nonkonvensional terhadap resep asli Sloppy Jo. Namun di sinilah sentuhan ‘ajaib’ setangkup Sloppy Jo sejati: Daging sapi giling dan bawang bombay yang dibumbui saus worcestershire, saus tomat, dan segenap bumbu rahasia. Daging sapi cincang pilihan terasa juicy dan keluar di antara bun. 

Jika suka pedas, tambahkan sriracha sauce (sambal botolan khas Thailand) atau Tabasco. Sajian ini diiringi keripik kentang dan salad racikan Deta. Tampilan grilled bun berisi daging sapi yang royal ala Sloppy Bro, menggugah! 

Claypot

Advertisement
Merasa cukup dengan hidangan bercita rasa Barat, femina beralih ke cita rasa Asia. Hidangan dari ragam bahan makanan, salah satunya beras (nasi) yang dimasak di dalam panci dari tanah liat (claypot) ini, sudah lebih dulu beken sebagai jajanan kaki lima di Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. 
Nasi panggang isi daging, wortel, jagung manis, potongan tofu, dan telur ayam mentah, cita rasa dari versi Claypot Popo terasa lezat. Tersedia dua versi, dengan topping daging sapi atau daging ayam.  
Seperti cara menyantap bubur ayam khas Tiongkok, campur semua bahan bersama-sama lalu santap selagi hangat. Kuning telur yang moist bercampur rasanya yang gurih, hasil proses masak secara perlahan di atas api kecil (slow cooking), tak terlupakan! 

Harganya hanya Rp25.000. Serupa dengan sajian lain di sini, tiada harga yang menguras kantung di Claypot Popo. 
        
Korean Barbecue

Anda penggemar hidangan barbecue? Kios Bbo Bbo Kogi tepat untuk Anda. Hanya di sini Anda bisa merasakan serunya barbecue khas Negeri Ginseng di dalam pasar. Andalannya adalah Chadol Baki dan Sirloin. 

Chadol Baki merupakan daging sapi sandung lamur yang diiris tipis, dan dipanggang di atas grill pan cembung berbahan bakar arang. Sebelum disantap, celupkan daging panggang ke dalam saus -minyak wijen, garam, dan merica putih bubuk. Letakkan daging berbumbu di atas selada, lalu tambahkan bawang daun dan saus sambal Korea (doenjang) lalu bungkus. Hap…seporsi kecil Chado Baki pun siap meluncur di kerongkongan. Cara yang sama bila Anda ingin menikmati Sirloin. Bedanya, daging sapi yang digunakan dalam menu Sirloin mengandung lemak yang lebih sedikit. 
Tak perlu takut memesan karena porsinya tak sebesar barbecue di restoran Korea yang besar. Yang juga menarik di sini adalah Lychee Tea Bingsu. Penyajiannya seperti dessert Taiwan yang sedang tren di mal-mal ibu kota. Dalam satu mangkuk terdiri dari ice tea beraroma melati yang diolah menjadi sorbet, buah leci kalengan, es krim vanilla, dan ice cream cone. Ada pula Oreo Bingsu, Poprock Bingsu, dan Cheese Bingsu. Segar!

Smoothies  

Tren gaya hidup sehat mengonsumsi campuran sari buah yang dikemas dengan gaya  anak muda, salah satunya bisa ditemukan di Judas (Juice & Smothie) Bar. Uniknya, jus dingin nongula hasil perasan buah-buahan segar seperti stroberi, mangga, jeruk, sirsak, avokad, dan banyak lagi dikemas dalam dirigen mini. Ide segar untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Di antaranya ada Onanabu (pisang, kiwi, apel, mentimun, bayam), Djamu Ijem (jeruk, nanas, wortel, jahe, kunyit).

Teknik perasnya tentu saja cold-pressed, yakni menggunakan mesin juicer yang minim gesekan terhadap buah dan sayuran. Panas yang lebih rendah pada mesin ini bisa menyimpan kandungan vitamin pada buah dengan lebih baik dibanding juicer konvensional. 

Bukan hanya buah dan sayuran, namun biji-bijan seperti chia seed dan flaxseed juga diolah menjadi jus atau smoothies. Satu dirigen jus atau segelas smoothies tak bisa dibilang murah, namun bukan berarti harganya selangit. Hanya Rp30.000/smoothies dan Rp35.000/jus. 

Kreasi Rasa Lokal

Beberapa kios memilih untuk menyajikan hidangan lokal. Ini di antaranya:  

Ketan Jambal Mertua 

Kios pertama yang femina sambangi adalah kios Ketan Pasar. Unik, karena menjajakan ketan dengan judul nyeleneh dan topping yang tak biasa. Ada Ketan Nangka Tetangga dengan topping saus nangka, Ketan Serundeng Pedas bertabur serundeng kelapa pedas, atau Ketan Jambal Mertua. 

Femina memilih Ketan Jambal Mertua seharga Rp12.000. Ketan kukus ini diberi topping ikan asin jambal yang disuwir, kemudian dimasak bersama potongan cabai rawit merah. Bersiagalah dengan minuman karena pedasnya menggigit lidah!

Di dalam lemari es kios tampak hee Drink, jamu dari temulawak dan jahe merah. Kemasan botol kacanya memiliki tulisan yang eye-catching. Tak terlalu pahit, cocok bagi yang baru mulai membiasakan diri minum jamu.     

Gurihnya Mi Ayam

Seperti layaknya berdagang di pasar, kios Miechino yang dibuka mulai hari Rabu hingga Minggu ini tak memiliki jam pasti menutup kiosnya. Jika sudah habis, sang pemilik akan segera menutup kiosnya. Begitu banyaknya pengunjung, sangat disarankan untuk menyambangi kedai ini di bawah jam 8 malam agar tak kehabisan. 

Satu porsi mi ayam disajikan bersama kaldu yang gurihnya pekat. Berbeda dengan mi ayam umumnya di selatan Jakarta, tekstur mi lebih tebal dan kenyal. ‘Mi karet’ istilahnya. Percis mi ayam di kawasan Pecinan, Jakarta. Mungkin inilah alasan mengapa kalangan urban Jakarta Selatan gemar memadati kedai mi yang satu ini.  

Nasi Lidah Cabai

Jangan sepelekan kios unik lain bertajuk Nyonya Kecil. Di dalamnya Anda bisa mencicip seporsi kecil nasi disertai lauk tumis lidah sapi yang cabainya melimpah. Lidah sapinya empuk dan tidak anyir. Makin sedap berkat sambal yang gurih pedas.  Siap-siap lidah kembali ‘terbakar’ selain karena Ketan Jambal Mertua. Nasi ini favorit para pemilik kios tetangga. Dengan porsi yang kecil, Anda masih bisa lainnya, seperti Nasi Lidah Mentega. 

Es Cendol Durian 

Beyond Cendol and Durian Bar menjadi tempat terakhir yang femina sambangi. Tempat yang mengambil dua kios ini menyajikan es cendol dalam permainan rasa. Susu cair digunakan sebagai pengganti santan. Cita rasa legitnya tak hilang berkat limpahan gula jawa cair. Daging buah durian yang legit bukan hanya sebagai hiasan dalam es melainkan berlimpah dan membuat es menjadi semakin nikmat. 

Ingin es cendol tak biasa lainnya? Jangan ragu untuk mencicip es cendol berpadu rasa khas biskuit Oreo atau Ovomaltine. Bahkan ada yang menggunakan bubble di dalamnya. Kedai es yang selalu antre ini juga tak mau ketinggalan dengan tren martabak cita rasa Barat, seperti martabak Toblerone atau Nutella. Penutup sempurna di penghujung malam yang justru kian ramai!




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?