Travel
Mengejar Matahari Bromo

2 Jan 2014


Menggunakan jip melintasi  Bukit Teletubbies, laut pasir Segara Wedi, dan mengintip surya pagi di Penanjakan, saya, Heryus Saputro, menikmati petualangan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.  Saya juga berkemah di lereng Semeru, menikmati kentang, stroberi dan apel panggang di Ngadas, menggapai awan di tebing Bantengan, serta meniti  badai di padang mendong Ayek-Ayek.

Seperti di  5 CM

Ini kisah backpacker Indonesia tahun 1969. Untuk ke puncak Semeru yang merupakan ‘atap’ Pulau Jawa, almarhum Soe Hok Gie (Mapala UI)  butuh waktu seminggu.  “Naik kereta api  20 jam dari Gambir Jakarta ke Malang, sambung angkot ke Tumpang, cari tumpangan truk sayur ke Gubuk Klakah. Selebihnya  jalan kaki lima hari lagi,” kenang Rudi Badil, salah seorang sahabat Soe Hok Gie. Bahkan untuk ke Ranupani, desa terakhir di jalur pendakian Semeru, perlu jalan kaki 2 hari dari Gubuk Klakah, dengan bermalam di Desa Ngadas.

Zaman melesat maju. Kereta api ekonomi seperti yang ditumpangi Soe Hok Gie memang masih beroperasi. Tapi kini ada penerbangan, yang  menjadikan Jakarta - Malang hanya perlu ditempuh satu jam. Transportasi darat di Kota Malang mudah dan ada lebih dari 600 buah jip 4WD (four wheel drive)  beroperasi di perbatasan  Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan, siap antar jemput wisatawan ke berbagai lokasi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TN-BTS).

Saya menyewa minicab dari Bandara Abdurahman Saleh menuju Pasar Tumpang. Di situ tiap pagi berjejer jip 4WD bak tertutup (kapasitas 8 penumpang) dan bak terbuka (kapasitas 14 – 16 penumpang). Jip sewaan serupa juga bisa ditemukan di gerbang TN-BTS lainnya, seperti Cemorolawang, Ngadisari, dan Probolinggo bagi yang ingin menikmati wisata via Bromo, atau di Candisari Pasuruan via Gunung Penanjakan. Menggunakan jip, Tumpang - Ranu Pani kini cuma 2 jam.
   
“Kami ingin naik jip, adventure trip seperti di film 5 Cm,” ucap Dyah dan Erny, eksekutif muda Jakarta, teman seperjalanan saya. Meski terdapat beberapa salah kaprah dalam film, tak disangkal, film 5 Cm yang edar tahun lalu cukup mendongkrak minat orang muda berkunjung ke TN-BTS.
Jip memang  angkutan wisata primadona TN-BTS:  andal, cepat, dan aman. Jip 4WD tipe cabriolette yang kami sewa kapnya bisa dibuka dan ditutup. Meliuk-liuk mendaki aspal dan jalan tanah, lewat Gubuk Klakah, Ngadas, Jemplang, tubir tebing Bantengan, terus ke ketinggian 2.200 m-dpl Desa Ranu Pani.


Ranu-Ranu Semeru

Ranu Pani, desa terakhir di jalur pendakian Semeru. Nama ini diambil dari kata ranu,  berarti danau, yang ada di desa ini. Ranu Pani tidak sendiri, ada empat buah ranu di jalur pendakian Semeru. Ranu Pani (seluas 1 hektare)  berbentuk cekung bulat seperti pani atau pane, lumpang besar dan lebar dari kayu yang biasa digunakan untuk menumbuk tepung atau mengaron nasi. Karena itu, masyarakat Tengger  di situ sejak zaman Majapahit menyebutnya Ranu Pani atau Ranu Pane.
   
Kawasan sekitar Ranu Pani amat subur. Sejak lama masyarakat mengolah lereng-lereng bukit dan paparan datar di pinggir hutan dan ranu jadi petak-petak ladang kentang, kubis, wortel, stroberi, paprika, asparagus, dan sayur-mayur khas pegunungan lainnya.   
   
Sepuluh menit melangkah, ada Ranu Regulo yang  permukaannya kerap ditutup kabut. Luasnya sedikit lebih kecil dari Ranu Pani, 0,75 hektare. Ada camping ground di tepinya. Di bawah keteduhan pohon-pohon besar tepi danau tenang itu, kami membangun tenda. Jika Anda tak membawa tenda, tenang saja, kini  banyak jasa usaha penyewaan tenda di Ranu Pani. Anda tinggal  bayar sewa, lalu nikmati sensasi romantis berkemah di tepi danau di kawasan TN-BTS.
   
Terus mendaki, ada Ranu Kumbolo (2.400 m-dpl), luasnya 8,5 hektare. Lokasi ini sering digunakan sebagai tempat istirahat pendaki. Jalurnya sebetulnya tak sulit dan cukup jelas. Ranu Pani - Ranu Kumbolo berjarak sekitar 12 km dengan berjalan kaki. Melewati Watu Rejeng, batu besar dan terjal, di mana membentang pemandangan indah ke arah lembah dan bukit-bukit hutan pinus. Kadang-kadang, kepulan asap pucuk Semeru bisa difoto dari sini.

Berdampingan dengan Ranu Kumbolo adalah Ranu Darungan (4 hektare). Umumnya pendaki mengira keduanya menyatu sebagai Ranu Kumbolo. Di tepian Ranu Kumbolo, dekat shelter atau pondok pendaki, dapat didirikan tenda. Dilarang mandi atau berenang di danau kawah mati bekas letusan gunung ini. Airnya jernih,  dapat diminum dan digunakan untuk masak-memasak. Bila udara cerah, bintang-bintang bertebaran di gelap malam, dan paginya dapat disaksikan matahari terbit di sela-sela bukit.

Di ranu, banyak  ikan dan kawanan belibis liar   berenang di permukaannya yang  tenang. Jika Anda tak ingin melanjutkan ke puncak, berlama-lama di sini pun cukup menyenangkan.


Hamparan rumput dan bunga

Tepian Ranu Kombolo dihiasi bunga edelweis. Nah, bersebelahan dengan Ranu Kumbolo, menghampar Oro-Oro Ombo, padang rumput mendong, yang tingginya bisa mencapai satu meter dan batang-batang pinus tua Cemoro Kandang. Di musim kemarau, Oro-Oro Ombo tampak kuning keemasan, namun di musim penghujan, Anda akan mendapati hamparan bunga indah berwarna ungu, Verbena brasiliensis. Konon, bunga ini dibawa Belanda dan bukan tanaman asli kawasan TN-BTS.
    
Untuk mencapai Oro-Oro Ombo, Anda harus mendaki Tanjakan Cinta. Diberi nama begitu, karena sesama pendaki harus saling bantu sepenuh cinta  untuk suksesnya perjalanan. Ingin mendaki lebih tinggi? Silakan saja, bila mampu dan punya izin.
Advertisement

Perlu waktu  4 jam mendaki dari Ranu Kumbolo untuk mencapai pos Kalimati di ketinggian 2.700 m-dpl. Setelah itu, saya menuju kawasan Arcopodo (2.900 m-dpl). Di situ terdapat situs Hindu berupa dua buah arca kembar tegak menghadap puncak Semeru. Barangkali ini petilasan tertinggi di Jawa, mungkin di Indonesia.

Dari situ, masih ada 3 - 4 jam perjalanan menuju puncak Mahameru. Di puncak pun tak bisa lama-lama, harus cepat turun sebelum pukul 9 pagi untuk menghindari kemungkinan adanya gas beracun  dari  kawah. Suhu di puncak Mahameru sekitar 4 - 10 derajat Celsius. Pada puncak kemarau, suhunya mencapai minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es.


Menggapai awan di Bantengan

Selain jalur pendakian menuju puncak Semeru, ada banyak objek wisata yang tak boleh dilewatkan. Siang itu, kami meninggalkan Ranu Pani menuju Cemorolawang, desa di tepi Bromo yang masuk Kabupaten Probolinggo. Jip menuruni jalan berliku yang  kami rambahi saat naik, dan selang setengah jam kemudian menepi di Bantengan.
   
Bantengan adalah  tubir tebing yang merupakan bagian dari dinding kaldera. Para pengendara tak pernah melewatkan untuk menepi dan ngaso sejenak  di view  cantik  ini.  Awan kabut sejuk mampir di Bantengan saat itu, dan tangan kami mudah menjangkaunya.

Rupanya, ada beberapa calon pasangan  pengantin datang untuk foto pre-wedding. Dengan latar ngarai hijau  membentang di bawah tebing, yang  merupakan ujung lautan pasir Segara Wedi yang membentuk Kaldera Tengger, pasti hasil fotonya jadi fantastis.
   
Turun beberapa menit dari Bantengan, kami tiba di pertigaan Jemplang. Jalur  kiri adalah jalan balik ke Tumpang. Kami menyimpang ke  kanan, melaju turun beberapa menit hingga tiba di Lembah Jemplang, ujung timur Kaldera Tengger
   
Kaldera Tengger merupakan fenomena alam langka di dunia. Di dataran tinggi seluas sekitar 10 kilometer persegi itu terhampar beberapa kondisi alam yang kontras: gelegak kawah Bromo, lautan pasir Segara Wedi yang gersang, ngarai yang   memanjang, lembah Jemplang yang lebar berbatas bukit-bukit hijau dan padang luas menyerupai bukit rumput di serial film anak Teletubbies. Karenanya, belakangan kawasan itu lebih beken sebagai Bukit Teletubbies.
   
Pejalan kaki dari kawasan Bromo yang hendak ke pucuk Semeru  selalu melewati lembah Bukit Teletubbies, yang di musim penghujan selalu diimbuhi kembang-kembang rumput bergoyang seluas padang. Di salah satu kaki tebing kaldera ada jalan pintas setinggi sekitar 150 meter, membentuk zig-zag, hingga ke tubir tebing Bantengan.

Kaldera Tengger tak cuma dihiasi Gunung Bromo  dan  Batok,  tapi juga Widodaren, Watangan, dan Kursi. Gunung Widodaren terletak persis di sebelah Batok. Daya tariknya antara lain sumber mata air Medhak Tirta di bawah gua sekitar gunung.  Ini fenomena unik, ada sumber air di padang gersang. Ada pelataran alam cukup luas di dalam gua, diimbuhi sebuah batu besar  semacam altar yang biasa  digunakan untuk upacara dan menempatkan sesajian. Masyarakat juga sering  menggunakan batu ini untuk bermeditasi.
   
Kontras dengan Kaldera Tengger yang gersang, mata air ini  tak pernah kering dan dipercaya memiliki daya penyembuhan. Konon, juga bisa bikin awet muda dan cepat ketemu jodoh bagi lajang yang meminumnya. Masyarakat juga percaya,  sumber mata air mengalir langsung dari  kuntum-kuntum widodaren, bunga abadi yang populer sebagai edelweis. Dari Medhak Tirta pula air suci buat upacara Kasodo biasa diambil.
   
Hanya butuh waktu sekitar 2 jam dengan jip untuk menempuh jarak antara Ranu Pani – Cemorolawang, Kecamatan Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. Di sini bisa langsung beristirahat di penginapan atau lanjut ke kawah Bromo.  
Keesokannya, kami bangun pukul 2 dini hari untuk berburu matahari ke puncak Penanjakan. Mengenakan long jhon, kaus kaki, sarung tangan wol, pakaian hangat,  jaket angin, dan balaklava yang menutup kepala hingga ke kuping. Suhu saat itu 4° Celsius! Untung sudah mandi, walau airnya sedingin es. Jadi,  tubuh bisa beradaptasi dengan udara luar.

Jip kami menembus  malam. Lampunya menyorot bentang pasir. Kami tak sendiri. Belasan, bahkan puluhan jip lain sama bergerak melintasi padang pasir. Sekitar 30 menit kami tiba di kaki Penanjakan. Jip mulai antre. Tak ada yang saling mendahului. Tiap sopir patuh pada aturan. Ada sebuah jip mendadak slip di sisi jalan, tak mampu bergerak. Seketika sopir-sopir terdekat dan penumpang, tanpa diminta, membantu jip yang terperosok hingga ke posisi semula dan bergerak lagi. 

Pukul 04.00, kami tiba di pucuk Penanjakan. Semua seperti sepakat, duduk-duduk menghadap ke timur, di mana di bagian bawahnya membentang Segara Wedi yang masih berselimut kabut. Ada kepul kawah Bromo, sosok Gunung Batok, Widodaren, Watangan, Gunung Kursi, serta siluet Gunung Semeru yang sedikit demi sedikit makin memerah oleh bersit fajar yang  pecah di atasnya. Indah! Tak mengherankan,  ini jadi tujuan utama wisatawan yang datang ke Bromo.


TIP:
  • Sewa jip, baik bak terbuka ataupun bak tertutup,  sekitar Rp 1.000.000/hari. Datanglah berkelompok  minimal 8 orang, sehingga  ongkos sewa bisa  dibagi rata, jadi jatuhnya lebih murah.  
  • Daftarkan diri di kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan perhatikan peringatan yang diberikan petugas.
  • Pastikan membawa perlengkapan untuk suhu dingin dan logistik bahan makanan.
  • Tak perlu repot menggendong beban, gunakan saja jasa porter.
  • Sesuai namanya, TN-BTS mencakup kawasan Bromo – Tengger - Semeru yang menghampar di tepi Kabupaten Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan - Jawa Timur. Semeru (3.676 m-dpl), gunung tertinggi di Jawa. Puncaknya disebut Mahameru, Kawahnya bernama Jonggring Saloko. Tak dipungkiri, statusnya sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa menantang adrenalin.
  • Rute sampai ke Ranu Kumbolo adalah rute mudah yang aman untuk pemula. Dengan catatan, fisik sehat.




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?