Career
Kreativitas Guru di Era Digital

1 Dec 2015

Praktisi dan konsultan pendidikan Agus Sampurno dari GuruKreatif.com mengatakan bahwa sebenarnya guru di Indonesia sudah sadar bahwa ada sumber pembelajaran baru yang tak terbatas, yaitu internet. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana guru menggunakan produk TIK (teknologi informasi dan komunikasi) ini dalam situasi pembelajaran yang bermakna.

Arti bermakna di sini adalah tidak hanya meminta anak untuk menggunakan internet tanpa bimbingan. “Anak-anak zaman sekarang memang sudah melek dan lihai memakai produk teknologi. Tetapi, mengajak murid untuk belajar memahami keterkaitan antara materi di internet dengan yang diajarkan adalah tanggung jawab guru sepenuhnya,” jelas Agus.

Kebutuhan ini juga yang dikejar oleh Rieni, guru di SD Mentari. Ia tidak hanya bertujuan merangsang suasana belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi murid-muridnya, tapi juga berusaha membangun koneksi antara teori dengan aktivitas murid di dunia digital. “Saya merasa pelajaran bahasa Indonesia akan sangat menarik bila dilakukan secara visual dan konkret,” ungkap guru kelas enam SD yang telah mengadopsi teknologi TIK sejak empat tahun kebelakang ini. Misalnya, pada saat belajar tentang watak, alur cerita, dan tokoh, maka ibu guru bahasa Indonesia ini memilih sebuah cerita untuk secara kreatif diterjemahkan ulang dalam bentuk pentas drama di muka kelas.

Tidak hanya berdialog, melalui kerja tim yang kompak, mereka berhasil memilih background gambar, video, dan backsound yang mampu membawa teman-temannya ‘masuk’ ke istana yang megah, atau ‘menikmati’ keteduhan kanopi pepohonan hutan dengan suara kicau burungnya, hanya dengan duduk di dalam kelas!

“Sekarang kami juga tidak perlu membunuh hewan, seperti katak, hanya untuk mempelajari organ bagian dalamnya,” ungkap Wijaya Kusumah, tentang pelajaran biologi melalui kelas virtual bersama murid-muridnya di SMP Labschool, Jakarta. Selain ramah lingkungan, dengan kualitas video yang bagus, maka murid bisa belajar dengan lebih baik. “Masih kurang jelas? Cukup ‘klik’,” ungkap pria yang telah mengadopsi TIK dalam proses belajar-mengajar sejak tahun 2005 ini.
Advertisement

Bicara soal sejauh apa pemanfaatan teknologi digital dalam proses pendidikan, Agus mengatakan bahwa semua itu bergantung pada seberapa besar keinginan para guru untuk memacu diri. Dalam hal ini, menurut Agus, ada dua tipe guru. Tipe pertama adalah guru yang tidak paham tentang pernik produk ICT, tapi mau menggunakan. Tipe ini biasanya adalah para guru senior.

Tipe kedua adalah guru dengan pengalaman karier 5-10 tahun yang sudah cukup terbuka untuk menggunakan, tapi perlu pengenalan lebih lanjut. “Mereka ini biasanya baru sampai tahap sebagai penikmat,” jelas Agus.

Sebenarnya, saat ini sudah ada banyak referensi situs di internet yang bisa menjadi pijakan awal mereka dalam membekali diri (baca boks: Referensi ‘Klik’ untuk Guru). Melalui situs-situs pendidikan ini, para guru bisa aktif mengeksplorasi bahan ajar, memilihnya, bahkan mengembangkan bahan ajar yang telah mereka punyai.

“Tidak hanya itu, aktif di sini juga dalam artian para guru bisa ikut memproduksi bahan ajar mereka, misalnya dalam bentuk presentasi-presentasi yang di-share di internet. Jadi, guru-guru yang berkunjung ke situs itu bisa mengadopsinya,” papar Agus. Bahkan, lebih dari itu, dengan membagikan materi ajar, mereka bisa mendapatkan masukan membangun dari guru-guru lain yang mengaksesnya. (f)




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?