Selain mencontoh, anak menjadi agresif bisa juga karena orang tuanya terlalu protektif, jadi si anak tidak bisa bernegosiasi. Misalnya, ketika ribut sedikit dengan teman di sekolah, orang tua langsung menghadap guru dan masalah selesai. “Padahal, mungkin sebenarnya semua bisa diselesaikan sendiri oleh si anak,” tambah Diana. Jadi, ketika ia tidak bisa bernegosiasi, yang bisa ia lakukan adalah bersikap marah-marah dan ujung-ujungnya melakukan kekerasan fisik.
Di lain sisi, agresivitas berlebihan juga bisa berasal dari gangguan jiwa yang dialami seorang anak. “Pada anak-anak, ada yang disebut conduct disorder atau gangguan tingkah laku, sedangkan pada orang dewasa dikenal dengan istilah antisosial,” jelas dr. Gitayanti Hadisukanto, Sp.KJ (K) dari Departemen Psikiatri FKUI, RSCM, Jakarta.
Pada kasus tertentu, anak-anak berkebutuhan khusus yang secara kognitif (aktivitas mental) tidak bagus dan sulit bicara, bisa juga bersikap agresif. “Sebenarnya itu adalah cara dia menyalurkan rasa frustrasinya karena orang tidak mengerti apa yang diinginkannya. Namun, ini bersikap acak dan tidak memiliki motif apa pun,” tambah dr. Gita. (f)
Baca Juga:
Tanda-tanda Anak Mengalami Gangguan Tingkah Laku
Alasan Anak Melakukan Kekerasan