Trending Topic
Ketika Si Kecil Agresif

28 Dec 2015

Menurut data yang dilansir oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun  2011 hingga 2014, kekerasan yang dilakukan anak (5-18 tahun) angkanya meningkat drastis.  Sebagai contoh, kasus anak sebagai pelaku kekerasan fisik seperti perkelahian, pengeroyokan, dan penganiayaan, meningkat dari 46 kasus pada tahun 2011 menjadi 105 pada tahun 2014. Di trimester pertama (Januari – Maret) tahun 2015 ini saja, telah tercatat ada 27 kasus serupa.
   
Menurut Rosdiana Setyaningrum, psikolog keluarga, kita memang tak bisa memungkiri fakta makin banyaknya anak yang kian agresif. “Hanya karena hal kecil,  seperti terusik atau tak mendapatkan yang ia mau, mereka mudah meledak. Biasanya, ini karena mereka banyak meniru. Bisa dari tontonan, orang tua, lingkungan, atau bahkan computer games,” jelas Rosdiana, yang akrab disapa Diana. Agresivitas mereka bisa muncul dalam bentuk verbal, seperti memaki-maki, menyakiti fisik orang lain, melakukan bullying, kejahatan seksual, hingga menghilangkan nyawa orang.
   
Selain mencontoh, anak menjadi agresif bisa juga karena orang tuanya terlalu protektif, jadi si anak tidak bisa bernegosiasi. Misalnya, ketika ribut sedikit dengan teman di sekolah, orang tua langsung menghadap guru dan masalah selesai. “Padahal, mungkin sebenarnya semua bisa diselesaikan sendiri oleh si anak,” tambah Diana. Jadi, ketika ia tidak bisa bernegosiasi, yang bisa ia lakukan adalah bersikap marah-marah dan ujung-ujungnya melakukan kekerasan fisik.
   
Di lain sisi, agresivitas berlebihan juga bisa berasal dari gangguan jiwa yang dialami seorang anak. “Pada anak-anak, ada yang disebut conduct disorder atau gangguan tingkah laku, sedangkan pada orang dewasa dikenal dengan istilah antisosial,” jelas dr. Gitayanti Hadisukanto, Sp.KJ (K) dari Departemen Psikiatri FKUI, RSCM, Jakarta.
Advertisement
   
Pada kasus tertentu, anak-anak berkebutuhan khusus yang secara  kognitif (aktivitas mental) tidak bagus dan sulit bicara, bisa juga bersikap agresif. “Sebenarnya itu adalah cara dia menyalurkan rasa frustrasinya karena orang tidak mengerti apa yang diinginkannya.  Namun, ini bersikap acak dan tidak memiliki motif apa pun,” tambah dr. Gita. (f)

Baca Juga:
Tanda-tanda Anak Mengalami Gangguan Tingkah Laku
Alasan Anak Melakukan Kekerasan



 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?