Setelah kurang lebih 20 tahun mendalami dunia fashion, Itang Yunasz memilih untuk menggeluti dunia busana muslim, saat anak keduanya lahir pada tahun 2000. Bermodal keyakinan, pengetahuan fashion yang matang, Itang pun mencoba menghadapi tantangan bahwa memakai busana muslim yang sesuai kaidah bukan berarti tidak bisa tampil fashionable.
Selain label eksklusifnya, Itang Yunasz, hingga kini, desainer jebolan LPM (Lomba Perancang Mode) tahun 1981 ini juga sukses dengan second label, mulai dari Tatum yang menyediakan busana muslim untuk para wanita bekerja, Marrakech yang memiliki garis rancang muda dengan bahan kaus, hingga label terbarunya, Kamilaa, yang baru saja diluncurkan. Ini adalah salah satu strategi agar segala lapisan masyarakat bisa menikmati baju muslim yang trendi, namun tetap sesuai kaidah seperti karya-karyanya.
Meskipun sedikit kecewa dengan apresiasi yang kurang dari dalam negeri, desainer yang memiliki gerai hampir di seluruh provinsi Indonesia ini tidak menurunkan standar dalam menerapkan visi bisnis busana muslim miliknya. Dalam 10 tahun ke depan, ia ingin bisa mendirikan toko yang menjual busana ready to wear yang fashionable sekaligus sopan, lengkap dengan segala aksesorinya. “Seperti Zara versi busana muslim,” ujarnya.(f)