Trending Topic
Butuh Toleransi

15 Dec 2014

Oke, rencana liburan sudah fix. Tapi kemudian Anda terpilih menjadi ketua pasukan, entah itu rombongan keluarga besar atau teman-teman sebaya. Bila Anda mengambil peran itu, maka satu hal yang harus disadari adalah Anda akan menghadapi banyak kepala dengan keinginan yang berbeda-beda. “Karena itu, kalau tidak siap untuk menghadapi kerepotan dan complain, sebaiknya jangan mengajukan diri jadi EO,” saran Ratih, sambil tertawa.

Menurut Yulitas Widiastuti, freelance Tour Leader, banyak hal yang perlu disiapkan agar liburan dengan rombongan besar itu bisa berjalan dengan baik. Apalagi, bila usia anggota rombongan sangat beragam. “Karena itu, kalau boleh memilih, lebih baik traveling dengan rekan sebaya karena biasanya minat sama dan tingkat toleransinya lebih baik. Tapi, bila pesertanya dari usia tua hingga anak-anak memang lebih repot,” katanya.
Untuk itu, pertama kali yang harus dibuat adalah membuat kesepakatan. Baik itu soal rute perjalanan, itinerary, hingga soal-soal ‘sepele’ seperti siapa yang bertanggung jawab menjaga para orang sepuh dan bagaimana bila ada yang nyasar atau ketinggalan rombongan.
“Karena kalau hal itu tidak disepakati terlebih dulu, bisa-bisa di tempat tujuan jadi tidak happy karena adanya perbedaan selera. Nantinya bisa menimbulkan konflik di perjalanan,” sarannya. Yulita yang sering membawa tur rute Eropa mencontohkan bahwa rute Eropa itu rute yang paling capek bila dibandingkan rute daerah lain.
Advertisement
Mengapa? Karena biasanya kalau pergi ke Eropa itu maunya berkunjung ke banyak negara sekaligus dalam sekali jalan. Sehingga sudah pasti akan sering pindah tempat, pindah negara dan pindah hotel. Dan kedua, tur Eropa itu artinya akan banyak jalan kaki karena bus-bus wisata tidak bisa parkir terlalu dekat dengan tempat tujuan. “Jalanan di sana itu sempit-sempit, sehingga tidak memungkinkan bus pariwisata yang besar itu bisa parkir.” Konsekuensinya, wisatawan harus berjalan cukup jauh untuk sampai ke tempat wisata yang dituju.
Di sinilah dibutuhkan toleransi dan saling menjaga bisa rombongannya ada orang sepuh, yang pasti tidak bisa berjalan cepat dan mudah lelah, atau anak-anak yang seringkali sudah kecapekan dan rewel begitu sampai di tempat tujuan. “Namun, kalau rombongan itu masih keluarga mereka akan saling menjaga. Mereka juga akan segera ngeh, bila ada satu anggota rombongan yang ‘hilang’ sehingga bisa segera dicari. Hal ini sulit terjadi dalam satu rombongan yang sebelumnya tidak saling kenal seperti peserta paket tur biasa,” kata Yulita.
Benar kata orang, banyak kepala pasti akan banyak maunya. Kadangkala meski sebelum berangkat sudah di-brief mengenai segala sesuatunya, di lapangan hal-hal yang tidak diinginkan kerap terjadi. Misalnya, soal perbedaan minat antara bapak-bapak, ibu-ibu dengan anak-anak remaja. Ketika tiba di suatu tujuan wisata, mungkin satu hal yang bisa menyatukan anggota rombongan adalah hobi untuk foto bersama…tapi setelah kegiatan foto-foto itu selesai, maka biasanya masing-masing akan ngacir sendiri-sendiri.
“Para Bapak biasanya suka eksplorasi tempat wisata seperti gedung-gedung tua, museum dan memotret dengan detail. Sementara para ibu biasanya langsung panik begitu lihat toko souvenir,” ujar Yulita tersenyum. Dan menurutnya, hal ini selalu terjadi di mana pun tempat wisatanya, dan apa pun rombongan wisatawan yang ia bawa. Dan hal-hal seperti ini, bila tidak ada ketegasan dari ketua rombongan bisa menjadi pemicu konflik.(Yoseptin Pratiwi)




 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?