Salah satu yang membuat nama gluten menjadi ‘besar’ adalah ditemukannya hubungan antara gluten, perilaku individu, dan autisme. “Tubuh orang dengan autisme, metabolisme gluten berbeda dengan orang biasa. Tubuh mereka mengenalinya sebagai zat semacam opioid sehingga mereka seperti orang yang mengonsumsi opium. Hal itu membuat perilaku mereka jadi hiperaktif atau terlalu senang,“ kata dr. Tirta Purwitasari. SpGK.
Tapi, karena masuknya lewat saluran cerna, maka efek yang timbul kebanyakan juga terjadi pada saluran cerna, seperti kembung dan diare. Sehingga, gluten disinyalir memperberat gejala autisme.
“Tapi sebagian penelitian ada yang mematahkan teori tadi. Bahwa tidak ditemukan pengaruh signifikan diet bebas gluten terhadap individu dengan autisme. Artinya, meski ada perbaikan, tidak terlalu besar,” parar dr Tirta. Begitulah ilmu pengetahuan yang terus berkembang, masih diperlukan banyak penelitian untuk menemukan kaitan yang pasti.(f)