Foto: Shutterstock
Di tengah kondisi dunia saat ini yang sedang tidak baik-baik saja, pertumbuhan ekspor produk Indonesia di negara-negara terbesar tujuan ekspor masih tumbuh positif. Meski begitu kinerja ekspor produk Indonesia di pasar global masih berada di peringkat 30, bahkan di antara negara-negara ASEAN pun Indonesia hanya berada di peringkat ke-5.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM, dari sekitar 67 juta UMKM di Indonesia, baru sekitar 13 ribu saja yang sudah melakukan ekspor produk. Optimis potensi untuk memperbesar nilai ekspor masih ada, Presiden Joko Widodo memberi mandat kepada Kementerian Perdagangan untuk mendorong lebih banyak UMKM agar bisa melakukan ekspor produk.
“Kita masih memiliki peluang pada produk-produk yang belum digarap,“ ujar Hikmah Fitria, Analis Perdagangan Ahli Madya Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dalam Kelas Perdana Scale Up Femina X Facebook Angkatan 2 (2021) bertajuk Pemahaman tentang Pasar Ekspor & Kompetisi yang mengupas berbagai tantangan dan peluang ekspor pelaku UMKM.
Ekspor di sini tidak berarti pelaku usaha harus mengirim barang dalam jumlah besar dan dikirim menggunakan container. Menurut Hikmah, ekspor adalah memindahkan barang dari satu pabean ke pabean lain. Walau kecil jumlahnya, saat ada perpindahan barang, itu sudah bisa dikatakan ekspor. Tak hanya kuantitas, ada banyak cara untuk masuk koridor ekspor.
Hikmah melihat dalam upaya melakukan ekspor, pelaku usaha kerap menemui beberapa tantangan. Salah satu yang kerap dihadapi UMKM yang baru melakukan ekspor adalah ketidaksanggupan untuk memenuhi apa yang sudah dijanjikan seperti kuantitas dan kualitas karena berbagai faktor, seperti kesulitan untuk memperoleh bahan baku yang berasal dari lokal maupun impor. Padahal dalam ekspor, ini tidak boleh terjadi karena akan mengurangi kepercayaan sehingga dapat berimbas kepada pelaku usaha lain, bahkan negara.
Tantangan lain yang harus bisa dipenuhi untuk memikat pasar global adalah tuntutan bagi produk untuk memenuhi kriteria sustainability, tracebility, environment friendly, dan diproduksi dengan SOP Kesehatan. Dari sisi pengembangan produk, UMKM yang ingin melakukan ekspor dituntut untuk memenuhi standar yang dibuktikan dengan sertifikasi serta desain yang sesuai selera negara tujuan. Terkait pandemi COVID-19, resesi ekonomi dunia dan peningkatan biaya logisti menambah tantangan yang harus dihadapi.
Pemerintah berharap tantangan-tantangan itu tak membuat pelaku usaha tak susut niat untuk melakukan ekspor. Apalagi di lain sisi, UMKM Indonesia memiliki potensi, kompetensi, dan peluang untuk meningkatkan ekspor. Indonesia memiliki tenaga kerja yang terampil membuat produk eksklusif seperti produk hand made. Secara geografis Indonesia menyimpan potensi alam yang bisa digali. Peluang ini juga masih bisa ditingkatkan lewat diversifikasi produk dan memanfaatkan pemasaran secara digital.
Tentu saja untuk menangkap peluang ekspor diperlukan strategi peningkatan daya saing melalui banyak hal. Menurut Hikmah Fitria, daya saing dapat didongkrak dengan pengemasan yang rapi dan menarik berbasis desain kreatif dan inovatif, memenuhi standar kualitas , pemilihan bahan baku yang konsisten, penetapan harga jual yang bersaing, hingga bentuk promosi yang kreatif informatif dan pemanfaatan e-commerce atau digital marketing.
Tak tinggal diam, guna membantu pelaku UMKM yang berniat melakukan ekspor, Kementerian Perdagangan berusaha membantu lewat berbagai program. Seperti membantu pengembangan desain produk dan kemasan ada program pendampingan dan konsultasi terkait desain produk ekspor serta digital marketing.
Lalu ada program pendampingan untuk pengurusan sertifikasi produk ekspor seperti HACCP, ISO22000, Halal, Organik, dan lain sebagainya. Ada juga program pendampingan bagi calon-calon eksportir yang disebut Export Coaching Program. Kementerian Perdagangan juga menyelenggarakan lomba Good Design Indonesia untuk meningkatkan semangat kompetisi antar UMKM.
Tak hanya menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan ekspor bagi UMKM yang ingin mengetahui seluk beluk ekspor secara mendalam, Kementerian perdagangan juga membantuk promosi produk lewat berbagai pameran di luar negeri melalui misi dagang, platform virtual, hingga mempertemukan pelaku usaha tanah air dengan pelaku usaha di luar negeri yang disebut business matching. Salah satu hasilnya adalah mempertemukan pelaku usaha kain tradisional Bali dengan merek busana dunia, Dior.
Foto: Shutterstock
Bantu Memacu UMKM Naik Kelas
Untuk diketahui, Scale Up Femina X Facebook Angkatan 2 (2021) merupakan dedikasi Wanita Wirausaha Femina berkolaborasi dengan Facebook #shemeansbusiness dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk memberikan dampak nyata bagi pengembangan UMKM di Indonesia yang telah memasuki angkatan kedua. Angkatan pertama program ini telah meluluskan 100 UMKM wanita yang bersiap naik kelas.
Di angkatan ke-2 ScaleUp #FeminaXFacebook2021, Wanita Wirausaha Femina mengangkat tema “UKM Siap Ekspor” dengan 4 tujuan utama, yakni; pengembangan UKM melalui penguatan keterampilan dan wawasan bisnis, mendorong akselerasi UKM siap ekspor, menciptakan wanita wirausaha juara siap ekspor, dan menjadi platform display bagi produk lokal terkurasi untuk meningkatkan visibilitasnya dalam ekosistem komunitas Wanita Wirausaha Femina.
Tahun ini sebanyak 116 pengusaha brand lokal telah terpilih dari total 287 peserta yang mendaftar dan akan memulai perjalanan mereka untuk mencapai tujuan tersebut. 45% dari 116 peserta telah melakukan ekspor skala kecil dan sisanya merupakan UKM siap ekspor. Para peserta tersebar dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Purworejo, Jambi, Karanganyar, Makassar, Balikpapan, Mataram, dan lain-lain.
Sebanyak 6 sesi kelas dan mentoring akan dilaksanakan sepanjang bulan Agustus hingga September, dengan total 12 modul berisi materi seputar ekspor mulai dari proses persiapan hingga eksekusi yang bersifat praktikal. Tidak hanya itu, para peserta juga akan mendapatkan tugas yang harus diselesaikan sebaik mungkin untuk dinilai oleh juri yang ekspert di bidangnya, diantaranya Petty S. Fatima, Chief Community Officer, Arto Biantoro, CEO Gambaranbrand, Dr. Jacob Silas Mussry, Presiden ICSB & Deputy CEO Markplus, dan Perwakilan Kemendag. Para juri akan memilih 30 UKM unggulan yang nantinya akan melalui proses penyaringan ketat menjadi 10 besar UKM terkurasi pada bulan Oktober 2021.
Pada sesi pertama kelas online dan mentoring yang berlangsung 11 Agustus 2021 lalu, Marolop Nainggolan selalu Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI berkesempatan membuka acara. Dalam sambutannya Bapak Marolop Nainggolan mengucapkan selamat kepada para peserta terpilih yang hadir melalui Zoom, “Program ScaleUp Femina 2021 tentu adalah program yang kami sangat apresiasi dan dukung, bagaimana meningkatkan kemampuan wirausaha Indonesia terutama bagi wanita. lebih jauh kegiatan ini merupakan program yang kami pikir cukup komprehensif untuk menciptakan wirausaha yang handal. Kami dari Kementerian Perdagangan khususnya dari Direktorat Jenderal Ekspor Nasional sangat memberikan perhatian terhadap kegiatan ini terutama dalam rangka mempersiapkan Ibu-ibu menjadi eksportir. Indonesia memiliki sekitar 60 juta UKM dan 13 ribu diantaranya adalah eksportir namun hanya 1% dari pengusaha tersebut yang merupakan perempuan. Oleh sebab itu dengan adanya kegiatan ini, semoga angka itu bisa kita ubah”
Petty S. Fatimah, Chief Community Officer Femina, mengatakan Wanita Wirausaha Femina dan Facebook #shemeansbusiness hadir untuk mendukung para pengusaha wanita di Indonesia mengubah mindset yang melekat pada UMKM terkait sulitnya proses ekspor. “Dengan banyaknya produk UMKM yang berpotensi menjaring market global, Wanita Wirausaha harus berani untuk bersaing di pasar global. Kita tidak perlu takut dengan bayangan kita sendiri.” (f)
Tingkatkan Peluang Usaha di Pasar Global dengan Facebook Shop
Menyiapkan UKM Agar Siap Ekspor Lewat Sertifikasi
Pelaku UKM, Yuk, Cari Tahu Peluang Ekspor Produk Halal
Topic
#shemeansbusiness, #scaleup2021, #ekspor, #bisnis, #scaleup