Foto: Vini Damayanti, Dok. JMPPK
Menurut keterangan resmi dari tim Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK), pada dinihari Selasa (21/3), Ibu Patmi mengeluh badannya tidak nyaman, lalu mengalami kejang-kejang dan muntah. Dokter yang sedang mendampingi dan bertugas segera membawa Ibu Patmi ke RS. St. Carolus, Salemba. Selama aksi berlangsung, peserta aksi memang didampingi oleh pihak YLBHI dan tim medis yang siaga untuk mengecek kondisi kesehatan mereka. Jelang tiba di rumah sakit, dokter mendapati Ibu Patmi sudah meninggal dunia, sekitar pukul 02.55 dengan dugaan mengalami serangan jantung.
Sebetulnya, pada Senin sore (20/1), seusai perwakilan warga bertemu dengan Kepala Staf Presiden, Teten Masduki, tim memutuskan aksi tetap diteruskan namun caranya akan diubah. Sebagian besar warga akan pulang. Ibu Patmi merupakan salah satu warga yang akan pulang, sehingga cor kakinya sudah dibuka. Ibu Patmi asal Pati merupakan salah satu aktivis yang konsisten memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitar pegunungan karst Kendeng. Di aksi kemarin, ia datang ke Jakarta bersama kakak dan adiknya, dengan seizin suaminya.
Baca juga:
Semen di Kaki Dibongkar, Sembilan Petani Wanita Menunggu Jadwal Pertemuan dengan Presiden Joko Widodo
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng di Rembang (JM-PPKR) telah menginisiasi penolakan tambang Semen Kendeng ini sejak sekitar tujuh tahun lalu. Praktik penambangan batu kapur dan rencana pendirian dan ekspansi pabrik semen yang dilakukan di tiga kabupaten: Pati, Rembang, Grobogan berdampak serius pada nasib wanita. Bekas-bekas penambangan itu menyisakan lubang-lubang besar, merusak kesuburan tanah dan sungai-sungai bawah tanah sebagai cadangan air tanah.
Tubuh bumi ibarat tubuh wanita, saat tak ada lagi penghargaan padanya dan disia-siakan, akan tiba saatnya tubuh itu rusak dan sekarat. Mata-mata air kian sulit ditemui, dan pada akhirnya menyulitkan manusia yang membutuhkan air sebagai salah satu sumber penghidupan. Bagi wanita, air, tanah dan udara yang sehat adalah hak. Hilangnya tanah adalah hilangnya sumber kehidupan dan dimulainya pemiskinan yang menjadi akar berbagai masalah ekonomi, serta berpotensi meningkatkan jumlah pekerja migran dan perdagangan wanita, serta berbagai ancaman kekerasan terhadap wanita.
(Temukan berbagai ulasan tentang kekerasan terhadap wanita dan anak di topik KEKERASAN dan KEKERASAN SEKSUAL)
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menyatakan bahwa kepergian Ibu Patmi menambah deretan panjang sejarah perjuangan wanita pembela HAM yang mendedikasikan seluruh kehidupannya bagi perjuangan pemenuhan HAM. Aksi para Kartini Kendeng juga merupakan bentuk perjuangan hak mereka atas kelestarian lingkungan dengan langkah-langkah damai, konstitusional, dan taat pada proses hukum. (f)
Topic
#SaveKendeng, #Kendeng, #Kartini